KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi pengembangan Wisata Mangrove Pangkal Babu sebagai salah satu pilihan destinasi wisata alam di Jambi, khususnya di Tanjung Jabung Barat.
Ia mengatakan, kehadiran Wisata Mangrove Pangkal Babu ini sangat baik, dan diyakini mampu menekan jumlah emisi karbon enam kali lipat lebih besar dari tanaman biasa.
Selain menyimpan karbon, wisata ini juga dapat menyerap kandungan logam berbahaya di kawasan perairan di Tanjung Jabung Barat, sehingga menjadi habitat yang aman bagi ikan dan satwa lainnya.
Menparekraf Sandiaga berharap ekosistem yang ada di Wisata Mangrove Pangkal Babu ini dijaga keasriannya oleh stakeholder terkait dan masyarakat setempat.
Baca juga: Indonesia Butuh Banyak Pekerja Berketerampilan Hijau
Ia juga berpesan agar masyarakat memperhartikan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dengan penghijauan.
"Saya harapkan ini dipertahankan ekosistem dan ekowisatanya untuk kehidupan kita dan mudah-mudahan lebih baik lagi ke depan," kata Sandiaga, dalam pernyataan resmi, dikutip Senin (18/3/2024).
Hal tersebut ia sampaikan di sela-sela kunjungan kerja ke Jambi. Adapun Sandiaga mengunjungi Wisata Mangrove Pangkal Babu di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, pada Minggu (17/3/2024).
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dibenahi agar destinasi ini bisa semakin dikenal dan semakin mudah diakses oleh wisatawan. Sehingga perekonomian masyarakat bisa meningkat dan semakin sejahtera.
"Tentunya ini harus kita benahi dari interkonektivitas, aksesibilitas dari segi transportasinya," imbuh Menparekraf.
Wisata Mangrove Pangkal Babu ini dapat dijadikan perhatian bersama terkait reboisasi, maupun penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Wisata Mangrove Pangkal Babu yang terletak di Desa Tungkal 1 ini menjadi salah satu wisata andalan di Kuala Tungkal, dilansir dari Tribunnews.com.
Untuk menuju ke tempat wisata, melalui jalan darat dapat menggunakan kendaraan beroda dengan waktu tempuh sekitar 20-30 menit dari pusat kota Kuala Tungkal.
Sedangkan untuk jalan laut menggunakan pompong atau kapal wisata dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Baca juga: Indonesia-Jepang Jajaki Kerja Sama Pariwisata Hijau dan Berkelanjutan
Salah satu aktivitas yang ditawarkan adalah berjalan di jembatan di tengah pohon bakau yang hijau dan rimbun. Saat air surut, wisatawan bisa menikmati akar-akar pohon yang keluar menembus lumpur.
Selain bakau, wisatawan juga dapat menemukan berbagai hewan alami. Antara lain siput, cempakul kepiting, kadal, monyet, beruk, dan berbagai jenis burung termasuk bangau.
Di pertengahan dan di ujung wisata magrove juga terdapat menara untuk dapat melihat keindahan keseluruhan mangrove dari ketinggian.
Dikutip dari laman Jejaring Desa Wisata Kemenparekraf, beberapa atraksi lain yang bisa dicoba seperti edukasi mengenal jenis-jenis mangrove, naik perahu, belajar membatik, hingga kegiatan tradisi Nyimah Parit.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya