JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) berkomitmen mendukung pertumbuhan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Tanah Air.
Adapun sektor tersebut merupakan salah satu industri yang dinilai potensial memberi dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Managing Director Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya, mengatakan, Indonesia berada pada posisi strategis serta memiliki sejumlah sumber daya alam (SDA) yang dapat dioptimalkan untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Selain itu, SDA tersebut dapat dikelola dalam skala konsumen domestik di sektor hilir kendaraan listrik.
Hal itu dipaparkan Riko dalam HSBC Investment Forum bertajuk "Mengembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik (EV) yang Kuat di Indonesia" yang digelar di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (19/3/2024).
"Terdapat peluang investasi besar di sepanjang rantai pasokan untuk membangun ekosisten EV yang komprehensif," ujar Riko kepada Kompas.com, Selasa.
Riko melanjutkan, sebagai perbankan internasional yang sudah berkiprah selama 140 tahun di Tanah Air, HSBC berkomitmen mendukung pertumbuhan industri yang dapat mendongkrak perekonomian Indonesia.
"Salah satunya, dengan memberikan fasilitas investasi guna mendukung pertumbuhan rantai pasokan kendaraan listrik di Tanah Air," jelas Riko.
Berdasarkan laporan HSBC Global Research, sedikitnya terdapat 30 miliar dollar Amerika Serikat (AS) investasi asing terjadi di bidang logam olahan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
Adapun lima tahun ke depan juga diprediksi terdapat tambahan investasi sebesar 30 miliar dollar AS pada logam olahan.
Selain itu, ada pula investasi sebesar 45 miliar dollar AS telah diumumkan pda sektor kendaraan listrik.
"Peningkatan ekosistem kendaraan listrik diprediksi dapat mendorong potensi pertumbuhan Indonesia dari 5,3 persen menjadi 5,8 persen pada 2028," kata Riko.
Lebih lanjut, Riko menjelaskan, tahapan pembentukan ekosistem kendaraan listrik memerlukan waktu yang tak singkat. Hal ini lantaran ekosistem EV terus bergulir seiring dengan dinamika serta teknologi yang bermunculan.
Adapun geliat industri EV di Tanah Air kian terasa. Hal ini dapat dilihat dari semkain banyak mobil listrik yang mengaspal serta bermunculan stasiun pengisian baterai (charging station). Industri pengolahan baterai pun mulai tumbuh.
Meski begitu, menurut Riko, membangun manufaktur baterai diperlukan waktu sedikitnya 1-2 tahun.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya