Menurut Imran, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penanganan DBD, salah satunya karena belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut.
Selain itu, budaya pemberantasan sarang nyamuk juga belum optimal. Apalagi, cuaca panas dan terik beberapa hari terakhir berpotensi menyebabkan jumlah kasus DBD meningkat.
"Kalau kita lihat sekarang hujannya ini saya bilang aneh, hujan terus, kemudian selama tiga atau empat hari panas," tuturnya.
"Ini yang menyebabkan genangan dari hujan tersebut menimbulkan breeding places, menimbulkan sarang-sarang nyamuk yang menyebabkan nyamuk aedes aegypti semakin berkembang," tambah Imran.
Lebih lanjut, Imran mengemukakan terdapat sejumlah strategi penanggulangan DBD, di antaranya manajemen risiko, meningkatkan akses layanan publik, penguatan surveilans, serta pelibatan masyarakat dan pemerintah.
Baca juga: Tren Kasus DBD di Jakarta Meningkat, Puncaknya Diprediksi April 2024
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya