KOMPAS.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan, sampel sehelai rambut yang ditemukan di Sukabumi Selatan, Jawa Barat, cocok dengan harimau jawa alias Panthera tigris sondaica.
Konfirmasi tersebut didapatkan setelah peneliti BRIN melakukan serangkaian tes DNA terhadap rambut tersebut.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti mengatakan, sehelai rambut tersebut awalnya ditemukan di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa di Sukabumi Selatan.
Baca juga: 2 Harimau Sumatera yang Dilepasliarkan Punya Nama Unik
Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip harimau jawa -yang dikategorikan punah- pada malam hari 19 Agustus 2019.
"Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di Desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat," kata Teti, sapaan akrabnya, sebagaimana dilansir situs web BRIN, Minggu (24/3/2024).
Setelah dilakukan serangkaian analisis DNA, Teti dan tim menyimpulkan sampel rambut tersebut adalah bagian dari harimau jawa.
Sampel rambut tersebut juga cocok dengan spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.
Menurut Teti, keyakinan tersebut diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya yang telah dilakukan.
Selain menemukan rambut, di lokasi tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan Teti untuk melakukan observasi lanjutan.
Baca juga: 4 Harimau Mati dalam 3 Bulan, Medan Zoo Didesak Segera Ditutup
Identifikasi awal Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen harimau koleksi MZB.
Perbandingan juga dilakukan dengan beberapa subspesies sampel harimau lain yaitu harimau benggala, harimau amur, dan harimau sumatra, serta macan tutul jawa yang digunakan sebagai kontrol.
Setelah diperbandingkan, sampel rambut di Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan harimau sumatra dan 96,87 persen dengan harimau benggala.
"Sedangkan spesimen harimau jawa koleksi MZB memiliki 98,23 persen kemiripan dengan harimau sumatra," jelas Teti.
Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut di Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain.
Selanjutnya, dilakukan perbandingan dengan macan tutul jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.
Untuk memperkuat observasinya, Teti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.
Baca juga: Bayi Harimau Sumatera Lahir di Roma Italia, Diberi Nama Terima Kashi
Harimau jawa, beserta harimau bali, telah dinyatakan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) berdasarkan asesmen pada 2008.
Harimau jawa terakhir kali kali terlihat di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada 1976.
Harimau jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan.
Namun, masifnya perburuan terhadap harimau jawa dan alihfungsi lahan membuat spesies ini semakin terdesak.
Baca juga: Harimau Sunda Terancam Punah, Berikut Upaya yang Bisa Kita Lakukan
Kategori punah diputuskan karena harimau jawa tidak pernah terlihat di habitat alaminya selama 30 tahun.
Teti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi.
Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Hasil tes DNA dari sampel sehelai rambut tersebut seakan memberikan secercah harapan atas kehadiran harimau jawa.
Lalu apakah harimau jawa masih ada di alam liar? Teti menuturkan, jawaban dari pertanyaan tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.
Baca juga: Peneliti BRIN Temukan DNA Harimau Jawa yang Punah 2003
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya