KOMPAS.com - Perusahaan pemantau udara IQAir mengeluarkan laporan terbaru yang menyajikan data kualitas udara di dunia.
Laporan tersebut menyajikan kualitas udara berupa konsentrasi PM2,5 dari negara-negara dan kota-kota di dunia
PM2,5 adalah partikulat yang memiliki diameter partikel lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 0,00025 sentimeter (cm).
Baca juga: 5 Kota RI dengan Polusi Udara Terendah, 2 Masuk Terbaik se-Asia Tenggara
PM2,5 menjadi salah satu dari enam polutan utama yang dipantau dan diatur oleh lembaga lingkungan hidup di seluruh dunia karena dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan, ambang batas konsentrasi PM2,5 sebesar 15 mikrogram per meter kubik per 24 jam, dan 5 mikrogram per meter kubik per tahun.
Dalam laporan IQAir berjudul World Air Quality Report 2023, hanya ada 10 negara yang memiliki konsentrasi PM2,5 di bawah ambang batas WHO.
Berikut 10 negara dengan polusi terendah di mana konsentrasi PM2,5 berada di bawah ambang batas WHO menurut IQAir pada 2023.
Baca juga: Ini Negara dengan Kualitas Udara Terbaik dan Paling Tercemar di Dunia
Konsentrasi PM2,5: 3,2 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 3,5 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,0 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,1 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,1 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,3 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,5 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,5 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,7 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 4,9 mikrogram per meter kubik per tahun
Baca juga: Laporan IQAir: Kualitas Udara Indonesia Terburuk se-Asia Tenggara
PM2,5 terdiri atas berbagai partikel unsur dan zat di antaranya ialah mineral seperti kalium (K), natrium (Na), aluminium (Al), selenium (Se), kobalt (Co), arsen (As), silikon (Si), kalsium (Ca), seng (Zn), timbal (Pb), sulfat (SO4), mangan (Mn), besi (Fe), karbon organik, amonium (NH4), dan senyawa organik volatil (VOC) seperti formalin dan benzena.
Beberapa masalah kesehatan jangka pendek yang dapat terjadi akibat paparan PM2,5 adalah bersin, meningkatnya aritmia (detak jantung tidak teratur), serangan asma, dan infeksi saluran pernapasan.
Sedangkan untuk jangka panjang, paparan PM2,5 dapat memicu berbagai penyakit seperti penggumpalan darah pada sistem kardiovaskular, potensi terjadinya kanker paru-paru, pneumonia.
Dampak jangka panjang lain dari PM2,5 adalah perkembangan paru-paru yang tidak sesuai pada anak, kelahiran prematur, meningkatnya risiko penyakit alzheimer, parkinson, serta penyakit turunan saraf lainnya.
Global CEO IQAir Frank Hammes mengatakan, lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan adalah hak asasi manusia yang universal.
"Di banyak bagian dunia, kurangnya data kualitas udara menunda tindakan tegas dan melanggengkan penderitaan manusia yang tidak perlu," ucap Hammes dalam keterangan tertulis.
Baca juga: 5 Kota RI dengan Polusi Udara Terendah, 2 Masuk Terbaik se-Asia Tenggara
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya