Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luas Sawah Stagnan, Perkebunan Sawit Ekspansi Besar-besaran

Kompas.com - 28/03/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Selama lebih dari 20 tahun terakhir, luas lahan sawah cenderung stagnan. Di sisi lain, luas lahan sawit terus meningkat.

Menurut data yang diolah oleh Map Biomas, luas sawah di Indonesia pada 2000 tercatat 9,2 juta hektare.

22 tahun kemudian, luas sawah di Indonesia hanya meningkat sekitar 700.000 hektare menjadi 9,9 juta hektare pada 2022.

Baca juga: Perkebunan Kelapa Sawit: Menyelamatkan yang Tersisa

Di sisi lain, perkebunan sawit mengalami lonjakan yang luas biasa. Pada 2000, luas perkebunan sawit hanya sekitar 7,3 juta hektare.

Pada 2022 atau 22 tahun kemudian, luas perkebunan sawit melonjak menjadi 17,8 hektare atau mengalami ekspansi sebesar 243 persen.

Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, data dari Map Biomas menunjukkan perkebunan kelapa sawit terus naik dari tahun ke tahun.

Hal tersebut disampaikan Eliza dalam diskusi daring yang digelar Yayasan Indonesia Cerah dan diikuti secara daring, Rabu (27/3/2023).

Baca juga: Minyak Sawit Bisa Jadi Energi Gantikan Bahan Bakar Fosil

"Artinya pemerintah memang sangat ekspansif dalam hal sawit dibandingkan sawah," kata Eliza.

Dengan luasan yang begitu besar, lahan pertanian untuk sawit pada 2022 mencapai 37 persen sedangkan sawah hanya 21 persen.

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan baku sawah pada 2019 ditetapkan sebesar 71.051 kilometer persegi alias 7,463 juta hektare.

Sebagai perbandingan pula, BPS mencatat hingga 2023 luas perkebunan sawit di Indonesia tercatat 15,435 juta hektare.

Baca juga: Biomassa Kelapa Sawit Bisa Jadi Bahan Baku Ban dan Pembangkit Tenaga Listrik

Proyeksi meningkat

Perluasan lahan sawit juga diprediksi bakan meningkat seiring dengan rencana pemerintah terpilih usai Pemilu 2024 yang ingin menggenjot bioenergi.

Pasalnya, bahan baku bioenergi seperti sawit untuk biodiesel dan singkong atau tebu untuk bioavtur membutuhkan lahan yang besar.

Jika kebutuhan bahan baku bioenergi meningkat, maka diperlukan pembukaan lahan yang berpotensi memperluas deforestasi.

Di sisi lain, produktivitas kebun sawit Indonesia justru cenderung menurun.

Baca juga: Kontrol Penggundulan Hutan, OIKN Moratorium Izin Sawit dan Tambang

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau