Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Peran Bank dalam Mendanai Kerusakan Alam dan Lingkungan

Kompas.com - 28/03/2024, 15:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi non-profit Transformasi untuk Keadilan Indonesia (TuK Indonesia) bersama Koalisi Forests & Finance merilis laporan Banking on Biodiversity Collapse (BOBC), pada Rabu (27/3/2024). 

Laporan BOBC menampilkan data mengenai peran pendanaan besar dalam mendorong deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan pelanggaran hak asasi manusia di kawasan hutan tropis.

Direktur Eksekutif TuK INDONESIA Linda Rosalina mengungkapkan, laporan ini menjadi bukti bahwa kebijakan terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social, governance atau ESG) bank-bank besar di Indonesia masih tertinggal. 

Sejumlah bank besar juga dinilai gagal mencegah hilangnya hutan dan keanekaragaman hayati di Tanah Air. 

“Seharusnya bank-bank ini ikut menjalankan penegakkan komitmen Nol Deforestasi, Nol Pembangunan di Lahan Gambut, dan Nol Eksploitasi (NDPE) pada tingkat grup perusahaan," ujar Linda di Jakarta, Rabu (27/3/2024). 

Baca juga: Bank BUMN Dinilai Tak Serius Dukung Penurunan Emisi Karbon

Menurutnya, perbankan dapat meminta perusahaan-perusahaan untuk mematuhi komitmen tersebut sebagai syarat pembiayaan yang ditujukan bagi nasabah non-NDPE mereka.

"Namun, implementasi komitmen ini sering kali tidak jelas. Belum ada satu pun dari lima bank terbesar di Indonesia yang mengadopsinya, padahal bank-bank yang berasal dari Malaysia, Singapura dan Jepang baru-baru ini mulai mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan NDPE,” imbuh dia. 

Menurut laporan tersebut, sejak Perjanjian Paris, bank-bank di Indonesia seperti Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI menjadi bank terbesar di Asia Tenggara yang merisikokan hutan di Indonesia.

Berdasarkan kapitalisasi pasar (Juni 2023) bank-bank ini menyediakan pembiayaan sekitar 30,5 miliar dolar AS (40 persen) dari total kredit bagi perusahaan kelapa sawit, pulp dan kertas, karet, serta kayu yang beroperasi di Indonesia.

Melemahnya Taksonomi Hijau OJK

Lebih lanjut, kata Linda, melemahnya Taksonomi Hijau OJK sebagai regulator yang berubah menjadi Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) pada awal tahun 2024 ini melemahkan pedoman lingkungan hidup di beberapa sektor, termasuk energi dan pertambangan.

"Sehingga memberikan sinyal yang membingungkan bagi pelaku pasar keuangan mengenai di mana mereka harus mengalokasikan modalnya," tutur Linda. 

Sebagai informasi, TKBI telah menghapuskan kategori ‘merah’ untuk sejumlah kegiatan berdampak tinggi.

Misalnya, pertambangan nikel tanpa ada batas waktu yang jelas mengenai berapa lama kategori transisi ini akan berakhir.

Menurutnya, di antara perusahaan-perusahaan penerima kredit, Sinar Mas Group (SMG) sebagai pengendali Asia Pulp & Paper dan Golden Agri Resources, teridentifikasi menerima 38 persen dari kredit yang dikucurkan untuk sektor ini. Sedangkan Royal Golden Eagle (RGE) Group menerima 5,8 miliar dolar AS.

Serupa dengan SMG, pembiayaan kepada RGE sebagian besar ditujukan pada pulp dan paper, serta sebagian kecil ditujukan pada minyak sawit. 

Baca juga: 10 Provinsi dengan Deforestasi Terparah 2023, Mayoritas di Kalimantan

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Bayu Herinata mengungkapkan sekitar 5.000 orang dari Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan hingga saat ini masih menuntut plasma di perkebunan sawit PT Tapian Nadenggan, anak usaha Sinar Mas Group.

Menurutnya, meski perusahaan sudah beroperasi sejak dua dekade lalu, hingga hari ini perusahaan belum merealisasikan salah satu kewajiban yaitu membangun kebun untuk masyarakat sekitar atau plasma.

"Tuntutan masyarakat dengan melakukan aksi-aksi demonstrasi di lapangan sejak tahun 2022 sampai hari ini belum mendapatkan kepastian terkait tuntutan yang disampaikan kepada perusahaan,” tutur Bayu.

Lebih lanjut, kata dia, Sinar Mas Grup dan Best Agro International Grup di Kalimantan Tengah dinilai telah melakukan aktivitas perusakan lingkungan seperti deforestasi hutan, hingga pencemaran sungai dan danau. 

Adapun sebelumnya, dikutip dari Kompas.com (27/3/2024), dua perusahaan RGE dan Sinar Mas Grup mengeklaim telah mengadopsi bisnis berkelanjutan dan membantah terlibat dalam deforestasi serta kebakaran hutan dan lahan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau