KOMPAS.com - Bila tidak dikelola dengan baik, limbah panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Australia dapat menumpuk dan menyebabkan krisis.
Menurut buku putih terbaru yang diterbitkan Australian Centre for Advanced Photovoltaics, limbah PLTS di Australia dapat mencapai titik kritis dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Rong Deng, peneliti teknik energi terbarukan di University of New South Wales, Australia.
Baca juga: Pertama di Indonesia, ITS Ciptakan Purwarupa PLTS Apung di Laut
Deng mengatakan, PLTS memiliki desain yang mirip dengan lapisan-lapisan sandwich.
"Yang menyatu, kedap air, dan tahan cuaca," kata Deng, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (29/3/2024).
Desain tersebut membuatnya material-material berharga seperti silikon, perak, dan tembaga sulit diekstraksi dan diubah menjadi komponen yang dapat digunakan kembali.
Di sisi lain, pendaur ulang PLTS sejauh ini hanya melepas rangka aluminium dan kabelnya, serta kacanya.
Baca juga: Perusahaan Budidaya Unggas Gunakan PLTS, Tekan 1.000 Ton Emisi Karbon
Untuk mengatasi limbah PLTS, buku putih tersebut menawarkan peta jalan industri panel surya selama 12 tahun.
Peta jalan tersebut mencakup pengembangan teknologi canggih untuk mengekstraksi logam berharga, pendirian pusat daur ulang di berbagai wilayah metropolitan, dan pengembangan skema pengelolaan produk untuk panel surya.
Skema pengelolaan produk bisa diperkenalkan pada 2025 dan dapat mewajibkan produsen panel surya melakukan daur ulang atau memberikan sanksi jika tidak mendaur ulang.
Selain itu, peta jalan tersebut juga mengusulkan produsen panel surya bertanggung jawab secara finansial atas pembuangan panel yang sudah habis masa pakainya.
Deng yakin bahwa usulan peta jalan tersebut akan dilaksanakan, namun kurang yakin bahwa usulan tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu yang disarankan.
Baca juga: Nilai Ekonomi Karbon PLTS Atap On-grid Harus Dinikmati Pemilik
Dia mengatakan, Australia tidak memiliki infrastruktur daur ulang yang kuat. Kondisi tersebut tercermin dari limbah yang diekspor ke China sebelum tahun 2016.
Kepala Eksekutif Veolia Richard Kirkman, layanan manajemen daur ulang energi dan limbah di Australia serta Selandia Baru, mengatakan pemerintah perlu berinvestasi dalam proyek-proyek percontohan.
Hal tersebut untuk memastikan panel surya dirancang agar mudah didaur ulang dan mengembangkan proses skala besar untuk mendaur ulang panel surya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya