Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/03/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Bila tidak dikelola dengan baik, limbah panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Australia dapat menumpuk dan menyebabkan krisis.

Menurut buku putih terbaru yang diterbitkan Australian Centre for Advanced Photovoltaics, limbah PLTS di Australia dapat mencapai titik kritis dalam dua hingga tiga tahun mendatang.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Rong Deng, peneliti teknik energi terbarukan di University of New South Wales, Australia.

Baca juga: Pertama di Indonesia, ITS Ciptakan Purwarupa PLTS Apung di Laut

Deng mengatakan, PLTS memiliki desain yang mirip dengan lapisan-lapisan sandwich.

"Yang menyatu, kedap air, dan tahan cuaca," kata Deng, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (29/3/2024).

Desain tersebut membuatnya material-material berharga seperti silikon, perak, dan tembaga sulit diekstraksi dan diubah menjadi komponen yang dapat digunakan kembali.

Di sisi lain, pendaur ulang PLTS sejauh ini hanya melepas rangka aluminium dan kabelnya, serta kacanya.

Baca juga: Perusahaan Budidaya Unggas Gunakan PLTS, Tekan 1.000 Ton Emisi Karbon

Peta jalan

Untuk mengatasi limbah PLTS, buku putih tersebut menawarkan peta jalan industri panel surya selama 12 tahun.

Peta jalan tersebut mencakup pengembangan teknologi canggih untuk mengekstraksi logam berharga, pendirian pusat daur ulang di berbagai wilayah metropolitan, dan pengembangan skema pengelolaan produk untuk panel surya.

Skema pengelolaan produk bisa diperkenalkan pada 2025 dan dapat mewajibkan produsen panel surya melakukan daur ulang atau memberikan sanksi jika tidak mendaur ulang.

Selain itu, peta jalan tersebut juga mengusulkan produsen panel surya bertanggung jawab secara finansial atas pembuangan panel yang sudah habis masa pakainya.

Deng yakin bahwa usulan peta jalan tersebut akan dilaksanakan, namun kurang yakin bahwa usulan tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu yang disarankan.

Baca juga: Nilai Ekonomi Karbon PLTS Atap On-grid Harus Dinikmati Pemilik

Dia mengatakan, Australia tidak memiliki infrastruktur daur ulang yang kuat. Kondisi tersebut tercermin dari limbah yang diekspor ke China sebelum tahun 2016.

Kepala Eksekutif Veolia Richard Kirkman, layanan manajemen daur ulang energi dan limbah di Australia serta Selandia Baru, mengatakan pemerintah perlu berinvestasi dalam proyek-proyek percontohan.

Hal tersebut untuk memastikan panel surya dirancang agar mudah didaur ulang dan mengembangkan proses skala besar untuk mendaur ulang panel surya.

Jika upaya tersebut dilakukan dari hulu hingga hilir, maka pemerintah Australia bisa memutus lingkaran setan penyebab limbah PLTS.

"Dan akan mendukung cara hidup Australia selama beberapa generasi dengan pemulihan dan daur ulang logam mulia dan tanah jarang di dalam panel-panel yang sudah habis masa pakainya," ujar Kirkman.

Baca juga: Aturan Baru Disahkan, Daftar PLTS Atap On-grid Cuma Januari dan Juli

Impor dari China

Pada Jumat, Pemerintah Federal Australia mengumumkan peningkatan pendanaan sebesar 1 miliar dollar Australia yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah panel surya buatan "Negeri Kanguru".

Pendanaan tersebut bertujuan dapat meningkatkan jumlah panel surya yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan daur ulang.

Pasalnya, sampai saat ini, 90 persen panel surya yang digunakan di Australia diimpor dari China.

Direktur Eksekutif Australian Centre for Advanced Photovoltaics Renate Egan menyampaikan, satu dari tiga rumah di Australia menghasilkan energi surya.

Tingginya pemasangan PLTS di Australia tersebut merupakan penghasil energi PLTS per kapita tertinggi dibandingkan negara lainnya.

Baca juga: Ada Aturan Baru, Begini Alur Pendaftaran PLTS Atap di PLN

Dia mengatakan beberapa warga Australia mengganti panel surya mereka sebelum waktunya karena perubahan standar keselamatan listrik, yang berarti panel surya yang lebih tua mungkin tidak dianggap aman.

Direktur Eksekutif Total Environment Centre Jeff Angel menyalahkan peraturan daur ulang yang longgar karena lambannya birokrasi pemerintah dan usulan skema sukarela dari industri energi terbarukan.

Angel menyerukan agar skema penatagunaan produk diatur lebih cepat dan tegas dibandingkan skema sebelumnya.

Dia mengatakan, penting untuk mengumpulkan semua panel surya yang sudah tidak lagi digunakan.

"Sangat tidak bertanggung jawab jika terus mengirimkan panel surya ke tempat pembuangan sampah," tutur Angel.

Baca juga: Kementerian ESDM Sebut Revisi Aturan PLTS Atap Pertimbangkan Masukan Masyarakat

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

LSM/Figur
Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Swasta
Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Pemerintah
Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

BUMN
Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

LSM/Figur
10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

Pemerintah
19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

LSM/Figur
Bahan Pemadam Kebakaran Mengandung Logam Berat yang Cemari Lingkungan

Bahan Pemadam Kebakaran Mengandung Logam Berat yang Cemari Lingkungan

Pemerintah
Ganti Rugi Pemulihan Lingkungan Capai Rp 20 Triliun, tapi Belum Masuk Kas Negara

Ganti Rugi Pemulihan Lingkungan Capai Rp 20 Triliun, tapi Belum Masuk Kas Negara

LSM/Figur
2 Bank Ini Salurkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp 110 Triliun hingga September 2024

2 Bank Ini Salurkan Pembiayaan Berkelanjutan Rp 110 Triliun hingga September 2024

Swasta
Terdapat Area yang Terbuka, Hutan Kemasyarakatan di Kalteng Perlu Restorasi

Terdapat Area yang Terbuka, Hutan Kemasyarakatan di Kalteng Perlu Restorasi

LSM/Figur
Festival Makanan Berkelanjutan di Bali: Kurangi Jejak Karbon dengan Bahan Lokal

Festival Makanan Berkelanjutan di Bali: Kurangi Jejak Karbon dengan Bahan Lokal

Swasta
Restorasi Hutan Kalteng, Epson Gandeng WWF Tanam 200.000 Pohon

Restorasi Hutan Kalteng, Epson Gandeng WWF Tanam 200.000 Pohon

Swasta
Ekspor Hidrogen Indonesia Berpotensi Hadapai Sejumlah Tantangan

Ekspor Hidrogen Indonesia Berpotensi Hadapai Sejumlah Tantangan

LSM/Figur
Penggunaan AI Berpotensi Sebabkan Dunia Dibanjiri Limbah Elektronik

Penggunaan AI Berpotensi Sebabkan Dunia Dibanjiri Limbah Elektronik

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau