Jika upaya tersebut dilakukan dari hulu hingga hilir, maka pemerintah Australia bisa memutus lingkaran setan penyebab limbah PLTS.
"Dan akan mendukung cara hidup Australia selama beberapa generasi dengan pemulihan dan daur ulang logam mulia dan tanah jarang di dalam panel-panel yang sudah habis masa pakainya," ujar Kirkman.
Baca juga: Aturan Baru Disahkan, Daftar PLTS Atap On-grid Cuma Januari dan Juli
Pada Jumat, Pemerintah Federal Australia mengumumkan peningkatan pendanaan sebesar 1 miliar dollar Australia yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah panel surya buatan "Negeri Kanguru".
Pendanaan tersebut bertujuan dapat meningkatkan jumlah panel surya yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan daur ulang.
Pasalnya, sampai saat ini, 90 persen panel surya yang digunakan di Australia diimpor dari China.
Direktur Eksekutif Australian Centre for Advanced Photovoltaics Renate Egan menyampaikan, satu dari tiga rumah di Australia menghasilkan energi surya.
Tingginya pemasangan PLTS di Australia tersebut merupakan penghasil energi PLTS per kapita tertinggi dibandingkan negara lainnya.
Baca juga: Ada Aturan Baru, Begini Alur Pendaftaran PLTS Atap di PLN
Dia mengatakan beberapa warga Australia mengganti panel surya mereka sebelum waktunya karena perubahan standar keselamatan listrik, yang berarti panel surya yang lebih tua mungkin tidak dianggap aman.
Direktur Eksekutif Total Environment Centre Jeff Angel menyalahkan peraturan daur ulang yang longgar karena lambannya birokrasi pemerintah dan usulan skema sukarela dari industri energi terbarukan.
Angel menyerukan agar skema penatagunaan produk diatur lebih cepat dan tegas dibandingkan skema sebelumnya.
Dia mengatakan, penting untuk mengumpulkan semua panel surya yang sudah tidak lagi digunakan.
"Sangat tidak bertanggung jawab jika terus mengirimkan panel surya ke tempat pembuangan sampah," tutur Angel.
Baca juga: Kementerian ESDM Sebut Revisi Aturan PLTS Atap Pertimbangkan Masukan Masyarakat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya