KOMPAS.com - Menanam pohon seringkali menjadi upaya baik untuk melawan penggundulan hutan sekaligus perubahan iklim.
Pohon mampu menyerap karbon dioksida, salah satu gas utama penyebab pemanasan global dan perubahan iklim. Artinya, menanam pohon untuk meningkatkan tutupan hutan dipandang sebagai upaya penting.
Akan tetapi, baru-baru ini para peneliti menemukan bahwa menanam pohon yang tidak pada tempatnya atau di tempat yang tidak seharusnya justru berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Baca juga: Lestarikan Lingkungan, WIKA dan BRIN Tanam 29 Spesies Pohon Langka
Dalam beberapa kasus, terlalu banyak pohon di satu wilayah berarti lebih sedikit sinar matahari yang dipantulkan kembali dari permukaan Bumi. Pada gilirannya, ada lebih banyak panas yang diserap planet ini.
Efek radiasi matahari yang berhasil dipantulkan kembali oleh Bumi disebut sebagai albedo, sebagaimana dilansir Euronews, Sabtu (27/3/2024).
Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada 26 Maret 2024 dengan judul "Accounting for albedo change to identify climate-positive tree cover restoration".
Penulis penelitian tersebut menggunakan peta baru untuk menyelidiki efek pendinginan dari pepohonan dan pemanasan yang disebabkan oleh penurunan albedo.
Peta tersebut dapat membantu menentukan tempat menanam pohon "paling tepat" untuk mendapatkan dampak positif maksimal terhadap iklim.
Banyak penelitian sebelumnya yang melakukan studi penanaman pohon tidak memasukkan faktor albedo ke dalam penghitungan.
Tanpa memasukkan faktor albedo, penelitian-penelitian sebelumnya disebut memberikan perkiraan yang berlebihan mengenai manfaat dari penanaman pohon sebesar antara 20 hingga 80 persen.
Baca juga: Libatkan 200 Mahasiswa UMK, BLDF Tanam Pohon Beragam Jenis
Albedo mengacu pada kemampuan suatu permukaan untuk memantulkan sinar matahari. Permukaan yang terang memantulkan banyak cahaya kembali ke atmosfer, yang berarti permukaan tersebut memiliki albedo yang tinggi.
Efek albedo tertinggi terletak di daerah beku di dunia. Salju dan es yang belum tersentuh dapat memantulkan hingga 90 persen energi matahari.
Sementara itu, kawasan hutan yang cenderung lebih gelap dibandingkan permukaan lainnya menyerap lebih banyak sinar matahari dan mempertahankan kehangatan, sehingga memberikan albedo yang rendah.
Oleh karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa hutan dapat menahan panas yang tidak diinginkan, sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global.
Para peneliti mengatakan, efek albedo hutan harus diperhitungkan serta manfaat kemampuan pohon dalam menyimpan karbon.
Baca juga: AEON Store dan Living World Kota Wisata Tanam Pohon Bersama
Hutan masih menjadi salah satu penyerap emisi karbon terbesar di dunia. Banyak negara berjanji untuk menanam miliaran pohon sebagai mekanisme pertahanan terhadap pemanasan global.
Namun, penulis studi tersebut mengatakan bahwa tidak semua upaya memberikan hasil yang sama bagi planet ini.
Ke depannya, penting bagi pihak berwenang untuk mengetahui lokasi paling tepat untuk menanam pohon baru.
Lingkungan tropis yang lembab seperti Amazon dan Lembah Kongo sangat cocok untuk reboisasi karena memiliki penyimpanan karbon yang tinggi dan perubahan albedo yang rendah.
Baca juga: Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kupang, 750 Pohon Produktif Ditanam
Namun, di padang rumput dan sabana beriklim sedang, yang terjadi justru sebaliknya.
Lokasi terbaik untuk merestorasi hutan kini diperkirakan menghasilkan pendinginan sekitar 20 persen lebih sedikit jika perubahan albedo diperhitungkan dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Meskipun hal ini agak mengkhawatirkan, para ahli dalam penelitian ini menjelaskan reboisasi masih memberikan manfaat besar bagi planet ini dan orang-orang di dalamnya.
Lebih banyak pohon berarti ekosistem yang lebih baik dan peningkatan tingkat udara dan air bersih, meskipun terjadi penurunan albedo.
Baca juga: Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Pohon Merusak Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya