Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aris Marfai
Kepala Badan Informasi Geospasial

Professor Geografi

Data Spasial Program Sawit Berkelanjutan

Kompas.com - 31/03/2024, 15:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA merupakan salah satu negara tropis penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Sawit merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh optimal di daerah tropis.

Beberapa negara tropis lain penghasil minyak sawit terbesar di dunia antara lain Malaysia, Thailand, Kolombia dan Nigeria.

Produksi minyak sawit di Indonesia saat ini tembus lebih dari 50 juta ton per tahun. Industri sawit di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam menyumbang produk domestik bruto hingga 3,5 persen, menggerakkan perekonomian dan memberikan penghasilan pada 2,6 juta petani kebun atau pekebun di berbagai kabupaten penghasil sawit di Indonesia serta dapat menggerakkan dan menyerap 19,5 juta tenaga kerja mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Dalam rangka pengelolaan sawit yang lebih baik, pemerintah telah menyusun rencana aksi nasional kelapa sawit berkelanjutan (RAN KSB).

RAN KSB dilaksanakan sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 6 Tahun 2019, dengan kurun waktu pelaksanaan Tahun 2019-2024. Tahun ini merupakan tahun terakhir pelaksanakan instruksi presiden tersebut.

Salah satu komponen penting dalam inpres tersebut adalah adanya instruksi untuk melakukan penguatan data, penguatan koordinasi dan infrastruktur.

Data spasial merupakan salah satu data penting, selain data statistik dan data keuangan dalam pengelolaan sawit berkelanjutan.

Tanpa data spasial yang baik tidak akan didapatkan informasi terkait luasan lahan yang benar, terkait informasi lokasi dengan tepat, serta tidak akan dapat dilakukan analisis terhadap terjadinya tumpang tindih dan konflik lahan.

Keterpaduan data spasial, data statistik dan data keuangan seperti yang diamanahkan dalam kebijakan satu data (one data policy) merupakan langkah penting untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan sawit.

Badan Informasi Geospasial (BIG), sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan informasi geospasial, terlibat dalam RAN KSB.

BIG melaksanakan kompilasi dan pengintegrasian data spasial dan peta kebun sawit, yang ada di berbagai kementerian dan lembaga, sebagai data dasar dalam pengelolaan sawit yang terpadu dan berkelanjutan.

Pelaksanaan pendataan dan integrasi data spasial serta pemetaan tutupan kebun kelapa sawit secara nasional telah dilaksanakan dengan luasan 16.381.959 hektar, yang di dalamnya termasuk data dan peta lokasi pekebun serta peta indikatif kebun yang perlu diremajakan. Integrasi data spasial sawit tersebut dilaksanakan dalam skala 1:50.000.

Integrasi data statistik pekebun dan data spasial telah dilaksanakan dalam pendataan surat tanda daftar budidaya sawit (STDB) yang diperuntukan pada para pekebun dengan luasan lahan garap yang kecil.

Sampai dengan Tahun 2023 telah direalisasikan 44.953 STDB dengan total luasan lahan hingga 119.041,15 hektare yang tersebar di 16 provinsi.

Untuk mendorong suksesnya program pengelolaan sawit berkelanjutan, termasuk di dalamnya meningkatkan kapasitas pekebun, kapasitas perangkat daerah, kapasitas perusahaan dan masyarakat di lokasi perkebunan, telah dilaksanakan pelatihan pemetaan partisipatif.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau