KOMPAS.com - Hyundai Motor Company memutuskan tidak melanjutkan nota kesepakatan atau memorandum of understanding (MoU) pembelian aluminium dari proyek smelter Adaro Minerals di Kalimantan Utara, Indonesia.
Dikutip dari Kompas.com (14/11/2022), melalui kerja sama yang disepakati pada November 2022 saat perhelatan B20 di Bali, Hyundai berhak membeli aluminium yang diproduksi anak usaha Adaro Minerals, Kalimantan Aluminium Industry, pada tahap awal.
Kemudian, negosiasi pertama mengenai pembelian aluminium rendah karbon yang diproduksi anak usaha Adaro Minerals itu dengan volume yang belum ditentukan.
Sebagai informasi, proyek pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) aluminium anak usaha Adaro tersebut menggunakan PLTU batu bara sebagai sumber energinya.
Baca juga:
Pernyataan Hyundai muncul satu tahun setelah Kpop4Planet, platform yang digerakkan oleh penggemar K-pop, meluncurkan Kampanye “Hyundai, Drop Coal” pada Maret 2023.
Lebih dari 11.000 fans K-pop menandatangani petisi yang mendesak Hyundai untuk mundur dari kesepakatan dengan Adaro dan memperoleh pengadaan bahan baku kendaraan listrik yang dihasilkan dari pabrik bertenaga energi terbarukan, terutama energi surya dan angin.
“Menyusul telah berakhirnya MoU (dengan Adaro) pada akhir 2023, kedua perusahaan sepakat untuk tidak memperbaruinya dan mencari peluang lain secara mandiri,” demikian pernyataan Hyundai Motor Company kepada Kpop4Planet melalui surat elektronik.
"Hyundai Motor Company tetap teguh menjalankan pengadaan bahan baku yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, guna memastikan transparansi dalam proses manufaktur kami," tambah keterangan tersebut.
Sebagai informasi, meski smelter Adaro merupakan bagian dari Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Kalimantan Utara, Adaro justru akan membangun unit baru PLTU Batu bara untuk memproduksi aluminium di smelter.
Mengacu Market Forces, kelompok aktivis iklim yang fokus pada investor, PLTU ini diperkirakan menghasilkan hingga 5,2 juta ton setara CO2 setiap tahunnya.
Jika Hyundai melanjutkan rencana pembelian aluminium sebesar 50-100.000 ton per tahun dari smelter ini seperti disepakati dalam MoU, emisi scope 3 Hyundai akan meningkat 3-6 persen. Padahal, Hyundai telah menetapkan target untuk mencapai karbon netral pada 2045.
Baca juga: Tantangan dan Peluang Energi Baru Terbarukan di Indonesia
Campaigner Kpop4Planet, Nurul Sarifah, menyatakan bahwa munculnya pernyataan Hyundai tersebut merupakan kemenangan dari ribuan penggemar K-pop yang berpartisipasi dalam Kampanye “Hyundai, Drop Coal”.
Pasalnya, rencana perusahaan mobil asal Korea Selatan itu untuk memperoleh aluminium yang dihasilkan dengan listrik PLTU batu bara bertentangan dengan target iklim.
“Kami, bersama penggemar K-pop yang peduli terhadap iklim dan masa depan kita semua, akan terus mengawasi langkah Hyundai dalam pengadaan bahan baku untuk melihat apakah perusahaan tetap berada pada jalur yang benar sesuai dengan komitmen netral karbonnya," ujar Nurul dalam pernyataannya, Selasa (2/4/2024).
Ia juga meminta perusahaan untuk meningkatkan transparansi di seluruh rantai pengadaannya, di samping melakukan aksi iklim jika ingin bisnisnya bertahan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya