Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 3 April 2024, 19:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) berkolaborasi dengan Biomagg dalam menyelenggarakan edukasi dan pelatihan pengelolaan sampah organik bagi karyawan.

Program ini bertujuan mendukung target pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah organik dengan metode biokonversi maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF).

“Kemitraan ini merupakan langkah kreatif dan solutif untuk optimalisasi pengelolaan sampah organik,” ujar Basuki Nur Rohman, Direktur Garudafood (3/4/2024).

Metode biokonversi maggot menawarkan solusi inovatif dalam mengolah sampah organik menjadi produk bernilai, seperti pupuk organik dan pakan ternak.

Program edukasi dan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan karyawan dalam mengelola sampah organik secara mandiri di rumah tangga.

Lebih dari itu, program ini juga sejalan dengan komitmen Garudafood dalam menjaga kelestarian lingkungan, menciptakan ketahanan pangan, dan membuka lapangan kerja baru.

“Kami berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial, serta menginspirasi masyarakat untuk turut berkontribusi dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” tambah Basuki.

Seperti diketahui, Pemerintah menargetkan Indonesia Bersih Sampah 2025 melalui 30 persen pengurangan sampah dan penanganan sampah dengan benar sebesar 70 persen dari total timbulan sampah pada tahun 2025.

Dilansir dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2023 Indonesia menghasilkan 19 juta ton sampah dengan komposisi sampah terbesar berasal dari sampah sisa makanan yakni sebesar 41 persen.

Kemitraan ini dinilai menjadi langkah kreatif dan solutif untuk optimalisasi pengelolaan sampah organik dengan metode Biokonversi maggot dengan berbagai keuntungan, di antaranya menciptakan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja baru.

Dalam kesempatan sama, karyawan Garudafood juga mendapatkan produk-produk turunan dari hasil budidaya maggot seperti pupuk kasgot, planter kit, sayuran organik (yang diberi pupuk kasgot), lilin aromaterapi (berbahan dasar minyak maggot), dan maggot kering untuk pakan ikan hias.

Baca juga: Perancis Mulai Wajibkan Warganya Pilah Sampah Organik, Dijadikan Kompos dan Biogas

Produk turunan ini merupakan hasil dari program kemitraan antara PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood), PT Sinarniaga Sejahtera (SNS), dan Biomagg.

”Hingga tahun 2024, kami telah menjalankan sejumlah program pengelolaan sampah organik dengan memanfaatkan maggot BSF," ungkap Ruli Setiawan Tobing, Direktur Utama PT Sinarniaga Sejahtera (SNS).

Pemberdayaan Masyarakat

Selain itu, Garudafood juga menggandeng Biomagg untuk program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot BSF di Kelurahan Jatijajar, Depok, Jawa Barat melalui pelatihan dan bimbingan teknis dengan melibatkan 30 Kepala Keluarga (KK) dan Kepala Kelurahan Jatijajar.

Sebelumnya, Garudafood telah menginisiasi program Kampung Wirausaha Maggot sejak 2021 di Pati, Jawa Tengah bekerja sama dengan pemuda karang taruna setempat.

Maggot sendiri merupakan larva lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF) berukuran antara 0,3 cm sampai 1,5 cm. Maggot tidak membawa patogen dan tidak memiliki gigi, sehingga tidak menularkan penyakit.

Sumber makanan Maggot adalah sampah dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, hingga sampah organik pabrik. Menurut Biomagg, 10.000 ekor maggot mampu mengurai habis sampah organik sebanyak 1 kg dalam sehari.

Hal ini membuat budidaya maggot sangat efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga.

Baca juga: Cerita Warga Bandung Kelola Sampah Organik 2 Ton Per Hari dengan Maggot

Hingga Maret 2024, Garudafood telah mengolah dan mencegah timbulan sampah organik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sebesar 20,20-ton sampah, menghasilkan lebih dari 6-ton maggot BSF yang bernilai ekonomis, mengedukasi 30 kepala keluarga.

Dari upaya ini Garudafood berhasil mencegah terbentuknya emisi karbon setara dengan 67,14-ton ekuivalen karbon dioksida.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau