Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nigeria Negara Pertama yang Kenalkan Vaksin Baru Lawan Meningitis

Kompas.com, 17 April 2024, 07:27 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nigeria menjadi negara pertama di dunia yang meluncurkan vaksin baru (disebut Men5CV) untuk melawan meningitis, yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia  atau World Health Organization (WHO). 

Dikutip dari laman resminya, Selasa (16/4/2024), Nigeria adalah salah satu pusat penyebaran penyakit mematikan ini di Afrika.

"Meningitis adalah musuh lama dan mematikan, namun vaksin baru ini memiliki potensi untuk mengubah arah penyakit, mencegah wabah di masa depan dan menyelamatkan banyak nyawa,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataannya, dikutip Selasa (16/4/2024). 

Baca juga: Cegah Kanker Serviks, Vaksin HPV Perlu Diberikan Sedini Mungkin

“Peluncuran vaksin ini di Nigeria membawa kita satu langkah lebih dekat ke tujuan kita untuk menghilangkan meningitis pada tahun 2030," imbuhnya. 

Sebagai informasi, meningitis adalah infeksi serius yang menyebabkan peradangan pada selaput (meningen) yang mengelilingi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang.

Ada beberapa penyebab meningitis, seperti patogen virus, bakteri, jamur, dan parasit. Gejalanya sering berupa sakit kepala, demam, dan leher kaku.

Meningitis bakterial adalah penyakit yang paling serius, juga dapat menyebabkan septikemia (keracunan darah), dan dapat melumpuhkan atau membunuh secara serius dalam waktu 24 jam bagi penderitanya.

Vaksin baru meningitis

Dalam kurun waktu antara Oktober 2023 sampai Maret tahun ini, WHO menyatakan terdapat 1.742 kasus yang diduga terjadi Nigeria. Sebanyak 153 di antaranya berujung kematian di tujuh negara bagian di sana.

Adapun tahun lalu, WHO mencatat peningkatan 50 persen kasus tahunan di 26 negara Afrika yang dianggap sebagai negara hiperendemis meningitis.

Kabar baiknya, WHO mengatakan vaksin baru revolusioner ini memberikan perlindungan yang kuat terhadap lima strain utama bakteri meningokokus (A, C, W, Y dan X) dalam satu suntikan. Kelima strain tersebut menyebabkan meningitis dan keracunan darah.

Baca juga: Di Brasil, Indonesia Serukan Penyediaan Vaksin TBC Terbaru

Vaksin ini memberikan perlindungan yang lebih luas dibandingkan vaksin yang saat ini digunakan di sebagian besar Afrika, yang hanya efektif melawan strain A.

Vaksin baru tersebut berpotensi mengurangi kasus meningitis secara signifikan dan mempercepat kemajuan dalam mengalahkan meningitis.

"Vaksin baru ini menggunakan teknologi yang sama dengan vaksin konjugasi meningitis A (MenAfriVac®), yang berhasil memusnahkan epidemi meningokokus A di Nigeria," ujar Tedros. 

Sementara itu, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nigeria, Prof. Muhammad Ali Pate mengatakan bahwa Nigeria Utara, khususnya negara bagian Jigawa, Bauchi, dan Yobe sangat terpukul oleh wabah meningitis yang mematika. 

"Vaksin ini memberikan alat baru bagi petugas kesehatan untuk menghentikan wabah ini dan juga menempatkan negara pada jalur menuju eliminasi,” tuturnya. 

Lebih lanjut, ia menyebut pihaknya telah melakukan banyak pekerjaan dalam mempersiapkan petugas kesehatan dan sistem kesehatan untuk peluncuran vaksin baru ini.

"Kami akan memantau kemajuannya dengan cermat dan berharap memperluas imunisasi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang untuk mempercepat kemajuan," pungkasnya. 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau