KOMPAS.com - Onduline Indonesia kembali meraih pengakuan dan sertifikasi Green Label Indonesia dengan predikat tertinggi, yakni Gold dari Green Product Council (GPC) Indonesia pada Senin (22/4/2024).
Pengakuan Green Label menjadi bermakna karena diterima menjelang perayaan Hari Bumi Sedunia yang juga jatuh pada 22 April.
Bagi Onduline Indonesia, Green Label bukan sekadar ‘stempel hijau’ di atas kertas. Lebih dari itu, sertifikasi yang diuji dan diawasi ketat oleh lembaga pengujian dan inspeksi Internasional Association of Plumbing and Mechanical Official (IAPMO) ini, menjadi aksi terbuka dan faktual Onduline Indonesia terhadap dukungan transisi menuju penerapan Net Zero Emission (NZE), mengatasi kesenjangan sosial, serta salah satu opsi menyongsong masa depan ramah alam, yang dilakukan secara konsisten demi perubahan.
Tujuan-tujuan tersebut sejalan dengan komitmen iklim Nationally Determined Contribution (NCD)—kesepakatan Indonesia bersama 195 negara lainnya untuk menjaga peningkatan suhu bumi di bawah 2 derajat Celsius melalui berbagai upaya.
Para ahli konstruksi, arsitektur, dan engineering di dunia mengatakan bahwa gedung yang menerapkan desain berkelanjutan dapat menghemat energi 40 persen lebih banyak dibandingkan properti yang masih abai dengan efisiensi energi dan pengurangan emisi karboon dioksida (CO2).
Selain itu, material rendah karbon pada bangunan ramah lingkungan juga telah terbukti dapat mengurangi emisi bangunan hingga 30 persen.
Bentuk dukungan Onduline Indonesia yang menonjol ialah menghadirkan lima produk atap hijau yang telah tersertifikasi Green Label Indonesia.
Sertifikasi itu juga menekankan upaya Onduline Indonesia dalam memaksimalkan sisi efisiensi penggunaan bahan baku untuk kebutuhan proyek-proyek, mulai dari residensial, fasilitas umum maupun komersial, yaitu solusi atap ringan bitumen bergelombang. Adapun produk yang dihasilkan adalah Onduline Classic, Onduvilla, Onduline Tile, Onducasa, dan Onduline Ridge C100 Classic.
Produk atap bitumen dari Onduline tersebut diproduksi dengan fokus material yang tidak hanya aman, tetapi juga memiliki dampak lingkungan lebih rendah.
Bahan baku atap bitumen bergelombang Onduvilla, misalnya, 55 persen adalah dari bahan daur ulang, seperti serat selulosa yang diekstraksi dan diolah dengan tekonologi tinggi sehingga memiliki ketahanan dan performa waterproofing. Hal ini menjadikannya tahan cuaca. Karena itu, mengandalkan genteng ini sebagai penutup rumah adalah upaya mendukung keberlanjutan lingkungan.
"Kawasan Asia Tenggara rentan terdampak krisis global karena tingginya populasi dan pesatnya kegiatan ekonomi. Di Indonesia sendiri, isu nasional yang terjadi hari ini meliputi krisis polusi udara, kenaikan permukaan air laut, pengelolaan limbah, dan kesenjangan ekonomi. Onduline Indonesia menyatakan dukungannya terhadap arsitektur, desain, dan konstruksi berkelanjutan di Indonesia yang tecermin dari produk akhir dan berbagai aktivitas pabrik untuk terus meningkatkan penerapan konsep green,"ujar Country Director PT Onduline Indonesia Esther Pane dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin.
Esther mengajak masyarakat untuk terbuka dengan kenyataan bahwa saat Ini, segala sesuatu dituntut makin eco firendly.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong konstruksi hijau di Indonesia melalui proses produksi dan bahan baku atap bangunan yang sudah memiliki Green Label Certificate untuk kategori Gold dari Green Product Council Indonesia.
"Artinya, kami senantiasa memastikan kelangsungan bisnis Onduline Indonesia harus bisa mereduksi konsumsi energi (energy effieciency) dan bahan bakunya tidak merusak lingkungan,” tutur Esther.
Menurutnya, pada sektor properti, material berkelanjutan semakin urgensif untuk mewujudkan masa depan yang baik.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya