Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak dan Generasi Muda Rentan Terkena Dampak Perubahan Iklim

Kompas.com - 22/04/2024, 19:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena dampak dari perubahan iklim.

Program Director Climate Change and Circular Economy Yayasan Save the Children Indonesia Ari Mochamad mengatakan, dari berbagai bencana yang ada, orangtua akan terkena dampak, dan pengaruhnya akan lebih besar terhadap anak-anak.

“Dalam perubahan iklim, anak-anak jadi garda terdepan yang terdampak perubahan iklim, padahal mereka bukan pelaku,” ujar Ari saat memberikan paparan dalam Festival Energi Terbarukan 2024 yang digelar di Jakarta, Minggu (21/4/2024).

Pada 2023 terdapat sekitar 5.300 bencana di Indonesia seperti longsor, kekeringan, hingga banjir, yang menghancurkan tanaman, ternak, dan perumahan, sehingga menyebabkan orangtua terdampak perubahan iklim.

Baca juga: Minimalkan Potensi Kerusakan, Sistem Analisis Berbasis Dampak Bencana Perlu Diwujudkan

Anak-anak mendapat dampak lebih besar karena akhirnya tidak dapat bersekolah, yang menyebabkan jangka panjang seperti keluar dari rumah, terpaksa bekerja, dirundung kekerasan, hingga terlibat kriminalitas lainnya.

Kendati demikian, Ari menilai banyak data korban bencana ataupun perubahan iklim masih berfokus pada orangtua semata.

“Kalo kita bicara data di rumah sakit, seringkali data yang ada adalah orangtuanya, yang kena (penyakit) pernapasan, padahal di situ adalah anak-anak yang banyak,” papar dia.

Anak muda bisa bicara di ruang publik

Menurut Ari, dalam perlindungan anak, perubahan iklim merupakan isu yang penting dibahas.

“Ini isu serius, seharusnya bukan hanya dibicarakan di konferensi setahun sekali, tetapi ini adalah kehidupan kita sehari-hari,” ujarnya.

Dengan partisipasi anak-anak dan generasi muda dalam pembahasan isu perubahan iklim, hal tersebut bisa semakin terlihat dan diperhitungkan.

Apalagi, anak muda memiliki banyak potensi dan pengetahuan untuk mengangkat isu perubahan iklim di ruang publik.

Baca juga: Mampu Atasi Bencana, Indonesia Dapat Apresiasi Forum Global

“Dengan dampak yang terjadi, ini menjadi kekhawatiran kita. Di sisi lain, potensi anak muda khususnya di Jakarta itu akan menjadi peluang dan digital champion,” ujarnya.

Menurut Ari, dengan fasilitas digital dan sarana prasarana mumpuni di ibu kota, anak-anak muda dapat berpartisipasi aktif dalam isu perubahan iklim.

“Saya pikir anak muda terutama warga Jakarta bisa menjadi percontohan untuk saudara-saudara lainnya, karena kita difasilitasi oleh fasilitas yang cukup bagus. Tapi tidak akan bagus kalau kita hanya (bergerak) sendiri,” ungkap Ari.

Ia juga berpesan agar anak-anak maupun generasi muda bisa memulai dari langkah kecil untuk memerangi perubahan iklim. Seperti menggunakan transportasi umum, mematikan lampu saat tidak digunakan, hingga mengurangi penggunaan plastik.

Anak-anak muda bisa terlibat dengan bergabung agenda diskusi, konferensi, ataupun seminar dan aktif berpendapat. Kemudian, bantu sebarkan informasi itu kepada masyarakat luas.

“Anak-anak muda harus merebut perbincangan publik. Harus bisa menuju para pembuat kebijakan. Rebut area publik, jangan nunggu diundang, sekarang harus inisiatif. Dengarkan, buka telinga selebar-lebarnya,” pungkas Ari.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau