Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Selalu Jadi Korban dari Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kompas.com - 09/05/2024, 12:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kekerasan dalam rumah tangga merupakan faktor risiko utama terjadinya pelecehan dan penelantaran anak.

Profesor dari Griffith University Australia Patrick O'Leary mengatakan bahwa anak-anak merupakan korban yang paling berpotensi terkena dampak secara langsung atau tidak langsung dari kekerasan dalam rumah tangga.

"Hal ini mencakup mendengar dan atau menyaksikan kekerasan, dipaksa menonton atau berpartisipasi dalam kekerasan, dipaksa untuk memata-matai orang tua, diberi tahu bahwa mereka adalah penyebab kekerasan, dijadikan sandera, membela orang tua dari kekerasan, atau bahkan melakukan intervensi untuk menghentikan kekerasan," tutur Patrick.

Baca juga: SCG Buka Beasiswa Anak Tukang Bangunan dan Difabel, Cek Syaratnya

Hal itu ia sampaikan dalam diskusi bertajuk "Domestic Violance and Vulnerable Groups Protection: Ethic and Developmental Research", yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kebijakan Publik (PRKP) bersama Griffith University Australia, di kantor BRIN, Jakarta, pada Jumat (3/5/2024). 

Lebih lanjut, ia menjelaskan terdapat dampak jangka panjang terhadap konsekuensi fisik, kognitif, psikologis, sosial, emosional, dan perilaku dari paparan kekerasan dalam rumah tangga pada masa kanak-kanak.

"Hal ini mungkin termasuk fungsi kognitif, kemampuan bahasa yang buruk, kekurangan memori ingatan, kesulitan beradaptasi terhadap perubahan dan kurangnya perhatian," imbuhnya.

Sistem Australia dan Indonesia

Ia juga menjabarkan bahwa Australia memiliki kebijakan Perpetrator Intervention Systems, yaitu sistem yang digunakan untuk intervensi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, dan seksual.

Baca juga: Anak dan Generasi Muda Rentan Terkena Dampak Perubahan Iklim

Sistem ini mencakup monitoring respon polisi yaitu sangsi kriminal, sistem layanan yaitu apa yang mendorong seseorang untuk mencari bantuan, dan sistem sosial yaitu faktor apa yang dilihat sebagai insiden kekerasan atau pelecehan.

"Segala perbedaan antara perubahan sikap dan perubahan perilaku si pelaku perlu diukur," jabarnya.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan perbedaan penanganan antara korban kekerasan di Indonesia dan negaranya. 

"Di Indonesia biasanya pihak korban kekerasan dalam rumah tangga disuruh meninggalkan rumahnya untuk tinggal di tempat lain sementara, agar terhindar dari tindakan pelaku. Sedangkan Australia memisahkan si pelaku ke tempat yang berbeda, sehingga korban merasa aman tinggal di rumahnya," ungkapnya.

Sementara itu, Peneliti dari Griffith University Australia lainnya, Amy Young memaparkan secara ringkas terkait hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan riset terkait kekerasan dalam rumah tangga.

Baca juga: Hindari Penyimpangan, Semua Pihak Wajib Terlibat Mengasuh Anak

Salah satunya melakukan riset terhadap pelaku kekerasan dengan menggali banyak sumber data untuk memastikan informasi akurat dan berfokus pada perilaku, bukan hanya sikap.

"Selain itu juga melakukan riset terhadap korban kekerasan seperti anak-anak dan perempuan, riset terhadap pengamat, dan juga komunitas," ujarnya.

Bahkan menurutnya, di masa modern ini ketika teknologi diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, teknologi semakin menjadi ciri pola kontrol yang dilakukan oleh pelaku kekerasan keluarga.

"Teknologi yang digunakan dalam tindakan kekerasan dalam rumah tangga dapat mencakup perangkat yang terhubung ke internet seperti telepon seluler, tablet, dan komputer," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala PRKP BRIN Yanuar Farida menyampaikan bahwa kegiatan diskusi ini sangat penting dan bermanfaat.

Sebab, dapat menambah wawasan dan ide baru, yang bertujuan untuk meningkatkan riset, terkait kebijakan pada perlindungan kekerasan dalam rumah tangga serta kelompok rentan.

"Berbagai contoh isu yang dibahas juga cukup related dengan keadaan saat ini," pungkasnya.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Pemerintah
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Pemerintah
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pemerintah
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
LSM/Figur
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
LSM/Figur
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
LSM/Figur
Gandeng Singapura, Pemerintah Bakal Bangun Industri Panel Surya di Riau
Gandeng Singapura, Pemerintah Bakal Bangun Industri Panel Surya di Riau
Pemerintah
Bangun Rumah Sejuk Tanpa AC dan Minim Lampu? Bisa, Ini Caranya
Bangun Rumah Sejuk Tanpa AC dan Minim Lampu? Bisa, Ini Caranya
LSM/Figur
Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii
Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii
Pemerintah
Pemerintah Pastikan Kampung Nelayan Merah Putih Utamakan Keberlanjutan
Pemerintah Pastikan Kampung Nelayan Merah Putih Utamakan Keberlanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau