KOMPAS.com - Rata-rata suhu April 2024 adalah 15,03 derajat celsius, menjadikannya bulan April terpanas sepanjang pencatatan suhu.
Menurut layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), suhu udara rata-rata bulan April 2024 lebih tinggi 0,67 derajat celsius dibandingkan temperatur rata-rata April tahun 1991-2020.
Suhu udara rata-rata bulan April 2024 juga lebih tinggi 0,14 derajat celsius bila dibandingkan April 2023.
Baca juga: 10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Deli Serdang 36,7 Derajat Celsius
Panasnya temperatur sepanjang April sekaligus menjadi tonggak di mana Bumi mengalami bulan-bulan terpanas yang memecahkan rekor selama 11 bulan berturut-turut.
Termasuk April, suhu rata-rata Bumi selama 12 bulan lebih tinggi 1,61 derajat celsius dibandingkan era pra-industri antara 1850-1900.
Suhu rata-rata Bumi selama 12 bulan terakhir juga merupakan rekor terpanas sejak Revolusi Industri.
Padahal, dalam Perjanjian Paris, dunia sepakat membatasi kenaikan suhu Bumi di atas 1,5 derajat celsius dibandingkan era pra-industri.
Baca juga: Maret, Bulan dengan Rekor Suhu Terpanas Global, Picu Bencana Ekstrem
Ilmuwan Iklim Senior C3S Julien Nicolas mengatakan, kini para ilmuwan bertanya-tanya apakah sistem iklim Bumi berubah akibat kenaikan suhu Bumi yang ekstrem tersebut.
Dilansir dari Reuters, Rabu (8/5/2024), emisi gas rumah kaca (GRK) dari pembakaran energi fosil menjadi biang keladi kenaikan suhu Bumi.
Dalam beberapa bulan terakhir, fenomena El Nino yang menghangatkan permukaan air di bagian timur Samudera Pasifik juga telah meningkatkan suhu dunia.
Para ilmuwan telah mengonfirmasi bahwa perubahan iklim menyebabkan beberapa cuaca ekstrem tertentu pada April, termasuk gelombang panas di kawasan Sahel Afrika yang berpotensi menyebabkan ribuan kematian.
Seorang ilmuwan iklim di Universitas Newcastle Hayley Fowler mengatakan, data terbaru dari C3S menunjukkan dunia hampir gagal mencapai Perjanjian Paris.
Baca juga: BMKG: Tahun 2023 Rekor Suhu Terpanas, Dampak Aktivitas Industri
"Pendapat pribadi saya adalah kita telah kalah dalam upaya tersebut, dan kita benar-benar perlu berpikir serius untuk menjaga suhu di bawah 2 derajat celsius dan mengurangi emisi secepat mungkin," ujarnya.
1,5 derajat celsius merupakan ambang batas menurut para ilmuwan untuk menghindari dampak paling buruk dari pemanasan global seperti panas yang mematikan, banjir, dan hilangnya ekosistem permanen.
Secara teknis, ambang batas 1,5 derajat celsius masih belum tercapai karena mengacu pada suhu rata-rata global selama beberapa dekade.
Namun, beberapa ilmuwan mengatakan tujuan tersebut tidak lagi dapat dicapai secara realistis.
Baca juga: Februari 2024 Jadi yang Terpanas Sepanjang Sejarah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya