Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Model "Community-Supported Agriculture", Solusi "Food Loss and Waste"

Kompas.com - 15/05/2024, 14:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA peringkat keempat dunia setelah China, India dan Nigeria (2020) dalam food loss and waste (FLW) dengan 23-48 juta ton sampah makanan/tahun.

Kajian Bappenas (2021) memperkirakan kerugian ekonominya mencapai Rp 213 triliun - Rp 551 triliun per tahun. Angka itu setara dengan 4-5 persen PDB kita.

Kajian itu menyebut kehilangan, karena rusak pada rantai pasok, tertinggi di komoditas sayuran mencapai 62,8 persen.

Selain nilai ekonomi, food loss juga berkontribusi pada kenaikan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 7,29 persen.

Belum lagi hilangnya potensi energi dari total sumber pangan di atas yang dapat memberi makan kepada 61 juta-125 juta orang per tahun. Singkatnya, sampah makanan adalah pemborosan sumber daya yang sangat merugikan.

Fenomena itu menggambarkan mekanisme pasar tak selamanya efisien. Rantai pasokan dan sistem logistik eksisting belum dapat menanganinya.

Penambahan gudang penyimpanan, dengan berbagai teknologi pendukung, sama dengan menambah biaya logistik.

Nampaknya kita perlu menengok kembali formula lama sebelum “pasar modern” bekerja. Yakni bagaimana urusan pangan merupakan tanggungjawab komunitas masing-masing.

Kita perlu membayangkan corak produksi-distribusi yang terdesentralisasi, bukan terpusat.

Skema CSA

Berbeda dengan Indonesia, sebagian masyarakat di Amerika dan Inggris sudah terbiasa dengan mode desentralisasi semacam itu. Modelnya disebut sebagai Community-Supported Agriculture (CSA).

Departemen Pertanian Amerika mencatat ada 7.000 CSA dengan volume penjualan sampai Rp 3,6 triliun per tahun (Morgan, et al., 2015).

LocalHarvest.org, jaringan CSA terbesar di sana, yang beroperasi di banyak negara bagian, mencatat sedikitnya ada 29.000 CSA aktif melayani komunitas setempat.

Di Inggris, salah satu praktik baik dari 220 CSA, yang berbentuk koperasi multi pihak, dapat memasok bahan pangan ke 55.000 orang anggota (Eichner, 2022).

Laporan kepada Parlemen tersebut mempromosikan CSA sebagai solusi terhadap kerentanan rantai pasok akibat pandemi dan perang Ukraina. Tak hanya itu, CSA terbukti efektif sebagai bentuk pertanian berkelanjutan.

Lantas apa dan bagaimana CSA dan koperasi bekerja?

CSA pertama kali berkembang di Amerika pada 1985 dengan prinsip sederhana, “share the costs to share the harvest” (Perry, 2010).

Bagaimana mengolaborasikan antara petani (individual atau kelompok) dengan pembeli (konsumen) dalam rantai produksi pertanian. Konsumen butuh bahan pangan, produsen butuh input produksi.

Keduanya dipertemukan melalui skema di mana konsumen membayar di muka (up-front payment) kebutuhan input produksi petani. Skema itu meringankan produsen dan juga memberi kepastian pasar bagi mereka.

Bagi konsumen mereka memperoleh bahan pangan yang segar dan berkualitas. Konsumen juga dapat mengusulkan jenis sayur mayur, buah atau bahan pangan lainnya kepada petani.

Dari segi harga, petani dan konsumen sama-sama memperoleh harga yang bagus sebab tidak melibatkan rantai pasok yang panjang. Berbeda ketika konsumen membeli di pasar atau supermarket yang sudah ditambah dengan nilai keuntungan bagi penjual.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah Atur Cadangan Penyangga Energi, Dipakai saat Krisis dan Darurat

Pemerintah
Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Pemerintah
Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Pemerintah
Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

LSM/Figur
Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Pemerintah
Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Pemerintah
RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

Swasta
Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Swasta
Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan 'ESG Tech Environmental Services'

Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan "ESG Tech Environmental Services"

Swasta
PBB: Planet yang Sehat  Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

PBB: Planet yang Sehat Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

LSM/Figur
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Pemerintah
Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah
Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Swasta
HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

Swasta
Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau