Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/09/2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Indonesia disebut berpotensi menghasilkan 3.687 gigawatt (GW) energi terbarukan melalui pemanfaatan hidrogen hijau. 

Hal tersebut disampaikan Vice President Dekarbonisasi PT PLN (Persero) Ricky Cahya Andrian Dalam diskusi tematik di Indonesia International Sustainable Forum 2024 di Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Ricky mengatakan, hidrogen hijau dihasilkan oleh proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan. Hidrogen hijau dapat melengkapi sumber energi terbarukan lainnya, seperti udara dan surya.

Baca juga: McKinsey Soroti Tantangan Penangkapan Karbon dan Pemanfaatan Hidrogen Bersih

"Sekarang, kita menggunakan hanya sebagian dari potensi ini, utamanya untuk menghasilkan listrik. Seperti yang Anda lihat, sekarang kita baru menggunakan listrik, tapi belum aspek lainnya seperti molekul," kata Ricky, sebagaimana dilansir Antara.

Selain itu, ujarnya, hidrogen hijau adalah solusi berupa energi bersih yang dapat menarik investasi, memperluas lapangan kerja, serta menjadikan Indonesia yang terdepan di dunia dalam transisi energi.

"Transisi menuju masa depan dengan energi bersih bukan hanya praktik lingkungan, namun juga sebuah peluang ekonomi," kata Ricky.

Ricky menyebut, Indonesia punya target ambisius untuk mengurangi emisi karbon sebesar 30 hingga 40 persen dari level aktivitas bisnis normal (business as usual) pada 2030. 

Baca juga: Kotoran Sapi Alternatif Hidrogen yang Berkelanjutan

Dia menyampaikan, hal tersebut terkait dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim.

Berbagai dampak perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut, cuaca ekstrem, dan perubahan pola hujan, berisiko terhadap ekosistem serta ekonomi Indonesia. 

Oleh karena itu, target ambisius tersebut penting guna memastikan dampak terburuk perubahan iklim dapat dimitigasi, dan masa depan yang lebih baik ada untuk generasi selanjutnya.

Namun sayangnya, karena ada peningkatan aktivitas di sektor energi, emisi Indonesia bisa menjadi dua kali lipatnya pada 2030. Ricky menilai hal itu menjadikan hidrogen hijau semakin penting.

Baca juga: Pengembangan Hidrogen Hijau Butuh Investasi Rp 395 Triliun Hingga 2060

Dia menilai, hidrogen hijau adalah energi yang dapat mempercepat dekarbonisasi di berbagai sektor, karena energi tersebut bisa dipakai untuk berbagai hal, seperti transportasi, industri, dan pengisian tenaga.

Ricky menyampaikan, di sektor industri, hidrogen hijau dan turunannya seperti amonia dan metanol dapat memicu dekarbonisasi industri seperti pupuk dan semen.

Oleh karena itu, pemerintah melihat pentingnya hidrogen hijau, sehingga mereka secara aktif menciptakan peta jalan hidrogen yang komprehensif. 

Ricky berujar, strategi Hidrogen Nasional oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi langkah pertama dalam hal ini.

Strategi ini, ujarnya, fokus pada tiga pilar yakni mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, membangun pasar hidrogen domestik yang kuat, serta menjadi eksportir hidrogen utama di kancah global.

Baca juga: Kapal Feri Bertenaga Hidrogen Pertama di Dunia Mulai Beroperasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau