Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Kompas.com - 07/09/2024, 21:27 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah menjadi pendorong terbesar perubahan iklim sejak pertengahan abad ke-20.

Salah satu industri yang berperan menyumbang emisi tersebut berasal dari industri peternakan sapi. Industri peternakan sapi di Amerika Serikat misalnya, bertanggung jawab atas 3,3 persen dari total emisi nasional.

Bahkan dengan komitmen pengurangan yang lebih besar di antara mitra industri peternakan sapi, rantai pasokan yang sangat kompleks tersebut tetap berperan dalam memproduksi emisi.

Namun penelitian baru dari University of Minnesota's Institute on the Environment (IonE) dan The Nature Conservancy mengungkapkan ada langkah-langkah yang dapat diambil oleh industri peternakan sapi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 30 persen.

Baca juga: Green Logistic Bisa Kurangi Emisi Karbon hingga 70 Persen

Seperti dikutip dari Phys, Sabtu (7/9/2024) Rylie Pelton, penulis utama dan ilmuwan peneliti di IonE, bersama rekan peneliti mengembangkan dan menerapkan penilaian tingkat pemerintahan lokal yang spesifik terhadap dampak lingkungan industri peternakan sapi untuk mengidentifikasi titik-titik emisi geografis di sepanjang rantai pasokan.

Penerapan Praktik Alternatif

Hasil studi itu menemukan industri peternakan sapi di Amerika Serikat saat ini mengeluarkan hampir 258 juta metrik ton gas rumah kaca per tahun.

Namun menurut studi yang dipublikasikan di Nature Food, hampir sepertiga emisi gas rumah kaca dapat dikurangi melalui penerapan praktik alternatif yang bisa dimulai dari proses awal produksi daging di peternakan.

"Rantai pasokan daging sapi merupakan salah satu sistem produksi pangan paling rumit sehingga menyulitkan pengolah daging sapi untuk mengidentifikasi peluang guna mengurangi emisi mereka," kata Pelton.

Hasil studi juga mengungkapkan penilaian yang bisa digunakan sebagai rekomendasi yang berbeda untuk tiap daerah termasuk langkah-langkah konkret yang dapat diambil industri peternakan sapi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan karbon.

Melalui penilaian tersebut, para peneliti menguraikan tindakan segera yang dapat diambil oleh industri peternakan sapi untuk mulai mengurangi emisi gas rumah kaca berdasarkan karakteristik geografis regional dan strategi mitigasi yang dapat diakses.

Baca juga: Dukung Bebas Emisi, Ahli Bikin Green Hydrogen untuk Transportasi Laut

Salah satunya adalah menambahkan pohon di padang rumput penggembalaan untuk menyimpan lebih banyak karbon.

"Keberlanjutan harus menjadi hal yang biasa dalam industri daging sapi AS untuk memastikan produksi pangan yang stabil dan jangka panjang serta keamanan ekonomi bagi para peternak dan komunitas mereka serta lingkungan yang sehat bagi kita semua," kata Kris Johnson, salah satu penulis dan direktur program Pertanian Amerika Utara dari The Nature Conservancy.

"Penelitian ini membantu industri dan pembuat keputusan lainnya mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti untuk mencapai target iklim sambil memberikan produk yang memenuhi harapan konsumen." katanya lagi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau