Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketenagakerjaan Indonesia Hadapi Banyak Tantangan, Pembangunan SDM Mutlak Dilakukan

Kompas.com - 17/05/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pembangunan sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu faktor penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ahmad Najib Burhani mengatakan, SDM yang berkualitas menjadi pondasi utama dalam mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saing global.

Di satu sisi, menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk berusia produktif di Indonesia akan mencapai 213 juta pada 2045.

Baca juga: Bintang: Sebuah Negara Disebut Maju jika Peningkatan SDM Menjangkau Difabel

"Pertambahan usia produktif memberi keuntungan bagi pembangunan, namun akan menjadi bencana apabila tidak tertampung dalam pekerjaan. Terdapat tantangan yang perlu diatasi berdasarkan data BPS tersebut," ujar Najib dalam webinar mengenai ketenagakerjaan yang digelar BRIN, Rabu (15/5/2024).

Tantangan lainnya adalah ada banyak tenaga kerja yang terserap dalam pekerjaan namun rentan dengan upah rendah dan fasilitas kurang layak.

Belum lagi kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang berpotensi menggantikan peran manusia di sejumlah pos pekerjaan.

Oleh karena itu, penyiapan SDM yang unggul perlu dilakukan, seiring dengan adaptasi perubahan teknologi.

Menurutnya, ketenagakerjaan merupakan aspek strategis untuk mewujudkan Indonesia emas, sebagaimana dilansir dari situs web BRIN.

Baca juga: Kelola Pelabuhan Anggrek, AGIT Tingkatkan Kualitas SDM Lokal Gorontalo

"Angkatan kerja Indonesia harus bekerja pada pekerjaan yang layak. Saat ini rentang upah kurang layak dan kurang produktif. Maka perlu upaya menurunkan pengangguran terbuka yang mesti dilakukan," ucap Najib.

Asisten Deputi Bidang Ketenagakerjaan pada Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Chaerul Saleh mengatakan, Indonesia perlu memaksimalkan potensi bonus demografi saat ini dan untuk ke depan.

Upaya tersebut dilakukan untuk mengakselerasi perekonomian nasional dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

"Diharapkan, angkatan kerja mampu keluar dari middle income trap (jebakan kelas menengah) dengan cara penyiapan tenaga kerja terampil sepanjang hayat menjadi prioritas pemerintah ke depan," tutur Chaerul.

Di sisi lain, Peneliti Pusat Riset Kependudukan (PRK) BRIN Khairul Ismed membandingkan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia dengan tren global dunia kerja.

Baca juga: Selain Infrastruktur, Dana Desa Perlu Dialokasikan Bangun SDM

Dia menyebutkan ada lima kelompok besar isu tantangan ketenagakerjaan di Indonesia.

Kelima tantangan tersebut adalah rendahnya kualitas SDM, belum optimalnya penciptaan kesempatan kerja, belum optimalnya perlindungan tenaga kerja, belum terjaminnya keberlanjutan pekerjaan, serta belum optimalnya sistem informasi pasar kerja.

Untuk itu, jelar Ismed, langkah pertama yang dilakukan adalah transformasi ketenagakerjaan secara mendasar.

Setelah itu, perkuatan pondasi transformasi ketenagakerjaan. Lalu akselerasi transformasi ketenagakerjaan.

"Dilanjutkan ekspansi transformasi ketenagakerjaan, serta perkuatan ekspansi transformasi ketenagakerjaan," ujar Ismed.

Baca juga: Pembangunan SDM Jadi Kunci Hilirisasi Sumber Daya Alam

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dari Ambisi ke Realita, Industri Daging Australia Stop Rencana Netral Karbon 2030
Dari Ambisi ke Realita, Industri Daging Australia Stop Rencana Netral Karbon 2030
Pemerintah
Pemakaian AI Melesat, Pertanian Asia Pasifik Bakal Lebih Adaptif Iklim
Pemakaian AI Melesat, Pertanian Asia Pasifik Bakal Lebih Adaptif Iklim
LSM/Figur
Tambang Kapur Ubah Wajah Gunung Karang Bogor, Rusak 50 Hektare Lahan
Tambang Kapur Ubah Wajah Gunung Karang Bogor, Rusak 50 Hektare Lahan
Pemerintah
Kemenhut Segel Lahan Tambang Kapur Ilegal di Gunung Karang Bogor
Kemenhut Segel Lahan Tambang Kapur Ilegal di Gunung Karang Bogor
Pemerintah
Suarakan Darurat Lingkungan, Sederet Musisi Indonesia Ikuti Lokakarya IKLIM
Suarakan Darurat Lingkungan, Sederet Musisi Indonesia Ikuti Lokakarya IKLIM
LSM/Figur
Produksi Beras Berkelanjutan, Jatim-Eropa Jalin Kerjasama
Produksi Beras Berkelanjutan, Jatim-Eropa Jalin Kerjasama
Pemerintah
Waste4Change Ungkap Tiga Langkah Kunci Atasi Krisis Sampah
Waste4Change Ungkap Tiga Langkah Kunci Atasi Krisis Sampah
LSM/Figur
Tekan Emisi, Sejumlah Negara akan Kenakan Pajak untuk Penerbangan Mewah
Tekan Emisi, Sejumlah Negara akan Kenakan Pajak untuk Penerbangan Mewah
Pemerintah
KKP Gandeng Multi-Pihak Susun Strategi Perlindungan Penyu dan Cetacea
KKP Gandeng Multi-Pihak Susun Strategi Perlindungan Penyu dan Cetacea
Pemerintah
Melihat Desa Wisata Samtama, Warga Kelola Sampah hingga Tanam Pohon di Gang Sempit
Melihat Desa Wisata Samtama, Warga Kelola Sampah hingga Tanam Pohon di Gang Sempit
LSM/Figur
Bagaimana Pembuat Kebijakan Atasi Kesenjangan Pendanaan Transisi Hijau?
Bagaimana Pembuat Kebijakan Atasi Kesenjangan Pendanaan Transisi Hijau?
Pemerintah
IESR Ungkap Strategi Penuhi 100 Persen Kebutuhan Energi dari Sumber Terbarukan
IESR Ungkap Strategi Penuhi 100 Persen Kebutuhan Energi dari Sumber Terbarukan
LSM/Figur
Sulawesi, Timor, dan Sumbawa Bisa Hidup 100 Persen dari Energi Terbarukan
Sulawesi, Timor, dan Sumbawa Bisa Hidup 100 Persen dari Energi Terbarukan
LSM/Figur
Indonesia Krisis Anggaran Kontrasepsi, Cuma Cukup Sampai September 2025
Indonesia Krisis Anggaran Kontrasepsi, Cuma Cukup Sampai September 2025
Pemerintah
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau