Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Dampak Negatif terhadap Iklim, "Sustainable Tourism" Diperlukan

Kompas.com - 16/05/2024, 21:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Yogyakarta terkenal sebagai obyek wisata bagi turis domestik maupun internasional dengan kekayaan alam maupun budayanya.

Namun, kedatangan wisatawan juga bisa memberikan dampak negatif, terutama bagi perubahan iklim. Seperti polusi udara, dan jumlah sampah yang meningkat akibat banyaknya wisatawan.

Oleh karena itu, sejumlah anak muda yang tergabung dalam Generasi Melek Politik bekerjasama dengan Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (Komap) FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM), mendorong peran aktif anak muda dalam menghasilkan produk kebijakan pariwisata berkelanjutan.

Representatif Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Hasrul Hanif mengatakan, perlu pendekatan baru terhadap praktik pariwisata di Yogyakarta untuk memastikan dampak negatif kepada lingkungan dapat dikurangi.

Baca juga: Sektor Pariwisata dan Ekonomi Bisa Jadi Pelopor Kesetaraan Gender

"Salah satu konsep yang dapat dilakukan adalah pendekatan sustainable tourism, di mana kegiatan ekonomi pariwisata juga mengedepankan kebaikan lingkungan," ujar Hanif, dalam workshop Academia Politica bertema Eksploitatif vs. Berkelanjutan, Pariwisata Yogyakarta Pilih Mana?” yang digelar di Yogyakarta, Kamis (9/5/2024). 

Menurutnya, banyak hal yang bisa dilakukan terkait penerapan sustainable tourism. Misalnya, dengan menerapkan limitasi jumlah wisatawan seperti di Raja Ampat atau wacana kenaikan harga tiket di Candi Borobudur.

"Atau, program pelatihan warga sekitar dan pemberian insentif kepada bisnis pariwisata juga dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan keberlanjutan kegiatan ekonomi pariwisata," ujarnya. 

Partisipasi masyarakat dalam sustainable tourism

Lebih lanjut, Hanif menjelaskan, ada empat indikator penting dalam sustainable tourism, yaitu konservasi alam, pengelolaan limbah yang baik, konservasi budaya, dan penguatan dari ekonomi lokal.

Baca juga: Berdayakan Perempuan dalam Pariwisata, Tokoh Dunia Hadir di Bali

Selain itu, perlu adanya transparansi oleh para pembuat kebijakan mengenai pembangunan pariwisata, dengan partisipasi aktif oleh masyarakat. Sayangnya, selama ini, yang sering luput adalah partisipasi aktif masyarakat.

"Padahal, partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk mengumpulkan pengetahuan lokal yang tepat sasaran bagi tiap-tiap lokus area wisata," imbuhnya. 

workshop Academia Politica bertema Eksploitatif vs. Berkelanjutan, Pariwisata Yogyakarta Pilih Mana?? yang digelar di Yogyakarta, Kamis (9/5/2024). Dok. Generasi Melek Politik workshop Academia Politica bertema Eksploitatif vs. Berkelanjutan, Pariwisata Yogyakarta Pilih Mana?? yang digelar di Yogyakarta, Kamis (9/5/2024).
Sementara itu, Puteri Remaja Indonesia dan Parlemen Remaja DPR Edelyne Mia Martanegara membahas bagaimana cara anak muda untuk ikut serta dalam sustainable tourism.

Menyitir ata National Benchmark Survey dari Kawula 17, sebanyak 69 persen anak muda ingin berpartisipasi dalam isu lingkungan.

Baca juga: Indonesia-Jepang Jajaki Kerja Sama Pariwisata Hijau dan Berkelanjutan

"Ada beberapa cara anak muda bisa ikut serta dalam sustainable tourism, mulai dari meningkatkan pengetahuan soal isu lingkungan, ikut kegiatan langsung, menyebarkan kegiatan lingkungan lewat media sosial, dan ikut forum publik," papar Mia. 

Adapun tema Academia Politica kali ini diadakan sebagai respon terhadap semakin buruknya dampak dari pariwisata yang tidak teregulasi dengan baik di berbagai kota di Indonesia, salah satunya Yogyakarta. 

Mengenal Academia Politica

Academia Politica adalah sebuah workshop simulasi policy-making yang berfokus pada agenda setting dalam proses pembuatan kebijakan publik. 

Program ini dibuat oleh Yayasan Partisipasi Muda atau dikenal dengan Generasi Melek Politik (GMP). Peserta terdiri dari pelajar sekolah menengah atas (SMA) dan mahasiswa-mahasiswi tingkat pertama dan ketiga di wilayah Yogyakarta maupun sekitarnya.

Baca juga: Indonesia dan Investor India Jajaki Kerja Sama Pariwisata Hijau

Melalui kegiatan ini, Generasi Melek Politik ingin anak muda menjadi bagian dari solusi, aktif dalam menyuarakan pendapat mereka, dan berkolaborasi dalam ranah pembuatan kebijakan.

Kegiatan ini menjadi seri kedua dari rangkaian Academia Politica yang diikuti 72 anak muda di Convention Hall Fisipol UGM yang berkolaborasi dengan Komap.

"Tujuannya agar anak muda di Yogyakarta bisa mempunyai kesempatan dan kontribusi dalam proses kebijakan publik terutama dalam regulasi pariwisata berkelanjutan," ujar Direktur Eksekutif Yayasan Partisipasi Muda Neildeva Despendya Putri. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Produksi Listrik PLTS Lampaui PLTU Batu Bara di Uni Eropa

Produksi Listrik PLTS Lampaui PLTU Batu Bara di Uni Eropa

LSM/Figur
Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

LSM/Figur
Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Pemerintah
Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah
Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemerintah
Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Swasta
Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah
Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Swasta
CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

LSM/Figur
RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

Pemerintah
AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

Pemerintah
Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Swasta
Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Pemerintah
Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pemerintah
100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau