Karena itu, diperlukan penelitian dan pengembangan teknologi, didorong oleh peraturan dan kelembagaan yang mendukung.
Baca juga: Pemerintah Terus Kembangkan Inovasi Energi Hijau, Termasuk Hidrogen
"Teknologi ada di luar sana, tapi mengakui akuisisinya tentunya butuh tangan-tangan dari (para akademisi), teman-teman perguruan tinggi untuk juga mengembangkan kapasitas di dalam konteks penguasaan teknologi dan inovasi," tutur Vivi.
Mengacu dari contoh penerapan pembangunan hijau di berbagai negara, faktor kunci yang memperlambat isu-isu lingkungan terletak pada aspek keahlian teknis dan kapasitas kelembagaan yang harus optimal, termasuk kualitas penelitian, data, dan tata kelola.
Dia mencontohkan, sejumla akademi di Asia dan Eropa ada berbagai program untuk keberlanjutan seperti Sustainable Communities Leadership, Academy for Sustainable Communities, serta European Academy for Sustainable Development.
"Ini bisa menjadi contoh-contoh kita mengembangkan platform pertukaran pengetahuan dan juga tentunya solusi-solusi yang bisa mengkatalis berbagai problem yang kita hadapi saat ini," ungkap Vivi.
Baca juga: WWF ke-10, Indonesia Promosi Infrastruktur Berbasis Energi Hijau
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya