KOMPAS.com - Popok dan pembalut sekali pakai memberikan kenyamanan karena dapat langsung dibuang setelah digunakan.
Akan tetapi, setelah terpakai dan terbuang, popok dan pembalut sekali dapat menimbulkan masalah lingkungan yang besar.
Limbah popok dan pembalut yang mengandung kotoran cair atau padat dan terbuang dapat memicu gangguan kesehatan pada mahluk hidup.
Baca juga: Penemuan Baru, Coklat yang Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan
Contohnya iritasi paru-paru, penyakit kulit, bahkan sesak napas. Tak hanya pada manusia, tumbuhan air dan ikan juga bisa mengalami gangguan akibat limbah tersebut.
Periset Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lies Indriati mengatakan, risiko pencemaran lingkungan juga muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya
Komponen materialnya terdiri dari berbagai lapisan. Secara umum limbah popok dan pembalut memiliki lima komponen penyusun yang sama.
"Risiko pencemaran lingkungan muncul dari bahan-bahan baku penyusunnya, jumlah atau volume produk yang digunakan, perilaku pengguna dan pengelola," ujar Lies dalam acara EnviroTalk #32 dengan tema "Dari Limbah Menjadi Komoditas Bernilai Tambah: Tantangan dan Potensi dalam Pengolahan Sampah Popok dan Pembalut Bekas", Rabu (22/5/2024).
Lapisan atas terdiri terdiri dari poliester, polietilen (PE), polipropilen (PP), campuran PE/PP, viskosa atau rayon, dan kapas.
Baca juga: Tak Hanya Ramah Lingkungan, Ini 3 Indikator Pekerjaan Jadi Green Jobs
Lapisan aquisition distribution layer (ADL) terdiri dari poliester, PE, PP, viskosa atau rayon, kapas, serat selulosa atau pulp.
Bagian inti penyerap atau core terdiri dari serat selulosa atau pulp, kapas, polimer penyerap super, poliester.
Lapisan bawah atau bottom terdiri dari PE, PP, dam asam polilaktik. Kemudian perekat dari resin sintetis dan polimer termoplastis serta pelepas yang terdiri dari kertas dan berlapis silikon.
Menurutnya, sejauh ini belum ada kebijakan pengelolaan sampah yang belum mengklasifikasikan limbah popok dan pembalut sekali pakai.
Selain itu, belum ada dan belum diperhatikan sistem pengelolaannya secara serius di Indonesia, sebagaimana dilansir situs web BRIN.
Baca juga: Bangun Ekonomi Nusantara, Walhi Berdayakan Warga Kelola Lingkungan
Sementara itu, Chief Executive Officer Bank Sampah Bersinar Febrianti SR menuturkan, masih banyak sampah popok bayi yang belum terkelola dengan baik.
Meskipun penggunaan popok sekali pakai lebih praktis, ia mendorong penggunaan produk yang dapat digunakan kembali, seperti cloth diaper (clodi).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya