Di Negara Bagian San Luis Potosi, Ena Buenfil, direktur taman ekologi Selva Teenek, mengatakan fasilitasnya kewalahan karena banyaknya burung beo, kelelawar, burung tukan mati karena panas.
Buenfil mengatakan, ketika gelombang panas mulai terjadi pada pertengahan Mei, klinik hewan di taman ekologi tersebut dibanjiri burung yang sakit.
Taman ekologi juga menerima banyaknya laporan dari penduduk setempat yang menemukan burung mati atau menderita.
Buenfil mengatakan, jumlah tersebut kemungkinan hanya sebagian kecil dari hewan yang terkena dampak.
Baca juga: BRIN: Indonesia Terlindungi dari Gelombang Panas karena Awan
Dia menambahkan, organisasi tersebut telah bekerja sama dengan Perlindungan Sipil untuk membantu menangani beberapa burung.
Buenfil menyampaikan, sebagian besar burung mati karena dehidrasi akibat cuaca panas. Sementara itu, kelelawar akan mengalami dehidrasi saat tidur di siang hari yang terik.
Dia merekomendasikan agar penduduk setempat menyediakan mangkuk berisi air untuk hewan.
"Kami belum pernah melihat situasi seperti yang terjadi saat ini. Akan ada banyak kerugian bagi ekosistem jika kita terus melanjutkan tren gelombang panas ini di wilayah tersebut," ucap Buenfil.
Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di RI, Bukan Heatwave
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya