KOMPAS.com - Suhu Bumi sepanjang 2023 naik 1,43 derajat celsius dibandingkan temperatur sebelum era pra-industrialisasi atau periode 1880-1990.
Temuan tersebut mengemuka dalam laporan kedua dari Indicators of Global Climate Change (IGCC), sebagaimana dilansir Antara, Kamis (6/6/2024).
Dari angka tersebut, aktivitas manusia menjadi yang dominan dalam menyumbang kenaikan suhu yakni sebesar 1,31 derajat celsius.
Baca juga: Ilmuwan AS Usul Keringkan Stratosfer untuk Dinginkan Pemanasan Global
Laporan tersebut dikoordinasikan oleh Universitas Leeds Inggris dan dirilis pada awal Juni ini.
Direktur Priestley Centre for Climate Futures Univesitas Leeeds Profesor Piers Forster mengatakan, tingkat pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia terus meningkat selama setahun terakhir.
Padahal, kata Forster, berbagai negara telah melakukan berbagai aksi iklim guna memperlambat kenaikan emisi gas rumah kaca, penyebab utama pemanasan global.
"Suhu global masih menuju ke arah yang salah dan lebih cepat dari sebelumnya," ujar Forster.
Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global
Dia menjelaskan pemanasan yang disebabkan oleh manusia meningkat 1,19 derajat celsius dalam satu dekade terakhir atau 2014-2023.
Laporan tersebut juga memperlihatkan sisa anggaran karbon yang tersisa, atau seberapa banyak emisi yang dapat dihasilkan sebelum mencapai peningkatan suhu 1,5 derajat celsius.
Sisa anggaran karbon yang tersisa kini berada di kisaran 200 gigaton atau setara dengan emisi selama lima tahun.
Sebelumnya, pada 2020, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah menghitung anggaran karbon yang tersisa sebelum mencapai kenaikan 1,5 derajat celsius adalah sekitar 500 gigaton.
Baca juga: Pemanasan Global Makin Parah, Lapisan Es Greenland Susut 2 Kali Luas Luksemburg
Sejak keluar laporan tersebut, emisi karbon dioksida tetap terjadi dan pemanasan global terus berlanjut.
Laporan itu juga mengemukakan, rekor emisi gas rumah kaca tahunan yang tinggi untuk periode 2013-2023 yaitu 53 gigaton karbon dioksida.
Selain itu, konsentrasi global dari karbon dioksida, metana, dan diinitrogen oksida terus meningkat sejak 2019.
Baca juga: Bunga-bunga Janji dalam COP28 Tak Cukup Cegah Pemanasan Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya