KOMPAS.com - Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) mengusulkan strategi berupa mengeringkan lapisan stratosfer guna mengurangi pemanasan global.
Strategi itu tertuang dalam riset terbaru yang dirilis di jurnal Science Advances pada 28 Februari 2024, sebagaimana dilansir USA Today.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengusulkan stratosfer dikeringkan dengan cara menghilangkan uap airnya.
Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global
Untuk diketahui, stratosfer adalah lapisan atmosfer yang berada pada ketinggian 11 kilometer (km) hingga 50 km di atas permukaan Bumi. Stratosfer adalah lapisan bersuhu dingin yang ditempati lapisan ozon.
Penulis utama studi tersebut, Joshua Schwarz, menyampaikan strategi pengeringan akan melibatkan penyemaian partikel kecil yang dikenal sebagai nukleus es ke stratosfer dengan pesawat terbang.
Jika nukleus es dapat dimasukkan ke dalam stratosfer, sebagian uap air akan mengembun menjadi es kemudian jatuh.
Sehingga, hal tersebut dapat menghilangkan kelebihan uap air dan menyebabkan stratosfer menjadi lebih kering, setidaknya di beberapa titik.
Baca juga: Pemanasan Global Makin Parah, Lapisan Es Greenland Susut 2 Kali Luas Luksemburg
Studi tersebut menunjukkan, strategi ini mungkin berhasil setelah mengatasi beberapa hambatan teknis.
Akan tetapi, Schwarz menggarisbawahi bahwa mengeringkan stratosfer tidak akan mengurangi dampak dari karbon dioksida, gas utama penyebab efek rumah kaca.
Schwarz menyampaikan, strategi tersebut hanya akan mendinginkan atmosfer satu per tujuh puluh dari dampak pemanasan karbon dioksida
Dia menambahkan, karbon dioksida masih menjadi masalah besar di atmosfer bumi dan metode yang diusulkannya ini hanya akan berdampak kecil dibandingkan dengan efek dari karbon dioksida.
Baca juga: Bunga-bunga Janji dalam COP28 Tak Cukup Cegah Pemanasan Global
Akan tetapi, peneliti lain menyampaikan skeptisismenya terhadap strategi tersebut., bahkan di lembaga yang sama
"Saya harus sangat skeptis. Berfokus pada menghilangkan kelembapan stratosfer saja tidak masuk akal bagi saya," kata Kevin Trenberth, ilmuwan di National Center for Atmospheric Research.
Michael Mann, ahli meteorologi di University of Pennsylvania, menyatakan dalam kasus ini, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi.
Dia mengatakan, para ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut juga mengakui adanya peringatan.
Mann menyampaikan, bila strategi tersebut diterapkan, maka penyemaian nukleus es harus dilakukan secara reguler untuk menjaga efek pendinginan.
"Sementara karbon dioksida yang terakumulasi di atmosfer akan bertahan dalam jangka panjang," papar Mann.
Baca juga: Pemanasan Global: Antara Ongkos dan Keuntungan Ekonomi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya