Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 Juni 2024, 20:07 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Indonesia (UI) melalui Komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) dan Makara Art Center (MAC) mengadakan rangkaian Sedekah Hutan UI 2024 bertajuk “Upaya Pelestarian Lingkungan melalui Kearifan Lokal dan Gaya Hidup yang Berkelanjutan (Ramah dari Rumah)”.

Acara ini berlangsung di tiga tempat, yakni Pelataran FIB UI, Gedung MAC UI, dan Hutan Kota UI, pada 1–5 Juni 2024.

Acara tahunan yang digelar untuk kali kedua ini sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Rangkaian Sedekah Hutan UI 2024 dibuka dengan kirab budaya dari Pelataran FIB UI menuju Hutan UI.

Baca juga: Hutan Lindung yang Mencemaskan

Kirab dilaksanakan sebanyak dua kali dengan diiringi tabuhan angklung dari Komunitas Adat Ciptagelar, Sukabumi.

Upacara adat di Hutan UI diikuti dengan pelepasan burung dan ikan ke alam liar, serta penanaman pohon secara simbolis oleh perwakilan dari Komunitas Bakul Budaya dan MAC UI.

Sebanyak lebih dari 350 peserta turut hadir pada acara tersebut dengan mengenakan pakaian adat berbagai daerah, seperti Gayo, Minang, Bali, Bugis, Sunda, Jawa, Dayak, dan Papua.

Menurut Ketua Umum Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni, kegiatan Sedekah Hutan UI 2024 bertujuan untuk mengenal nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

"Masyarakat adat di Indonesia maupun dunia telah melakukan antisipasi terhadap kerusakan lingkungan tanpa merusak ekologi, sehingga nilai-nilai tersebut perlu diadopsi," ujar Dewi yang dikutip Kompas.com, Sabtu (8/6/2024).

Selain itu, gerakan Ramah dari Rumah perlu didorong untuk meminimalisasi sampah ke TPA, menciptakan kesadaran akan pentingnya memilah dan memanfaatkan sampah, serta membangun ekonomi sirkular di masyarakat.

Baca juga: Perjuangan Yohana Menempuh Hutan Belantara Demi Pendidikan Anak Rimba

Untuk itu, pada acara tersebut hadir empat tokoh adat yang berbagi pengalaman terkait upaya pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal.

Penjaga Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal Eko Wiwid Arengga yang berkegiatan di sekitar Gunung Gede mengatakan, nenek moyang bangsa Indonesia telah berwawasan lingkungan, salah satunya dibuktikan dengan adanya pohon rasamala dan puspa.

Menurutnya, pohon rasamala menjadi tempat bertenggernya elang, sedangkan wangi pohon puspa mengundang harimau dan macan tutul untuk mengasah kukunya pada batang pohon tersebut.

"Apabila kedua jenis pohon ini dibabat habis, bukan tidak mungkin hewan liar akan terdampak,” kata Eko.

Oleh karena itu, diperlukan aturan yang membatasi agar kelestarian hutan dan lingkungan tetap terjaga, sebagaimana yang diterapkan oleh masyarakat Suku Baduy.

Perempuan Penghayat Kearifan Lokal Baduy Luar Sariyah menjelaskan ketentuan di Suku Baduy dalam pengaturan lahan.

Ada lahan yang digunakan untuk pemukiman dan pertanian, namun ada pula hutan larangan.

"Aturan tersebut harus dipatuhi oleh Suku Baduy karena jika dilanggar, keseimbangan alam dapat terganggu," cetusnya.

Baca juga: Separuh Hutan Mangrove di Dunia Terancam Rusak karena Ulah Manusia

Sementara itu, Budayawan Kabupaten Garut Asep Santanna dan Jambatan Kasepuhan Ciptagelar/Gelar Alam Yoyo Yogasmana menyoroti pentingnya masyarakat adat untuk hidup berdampingan dengan modernitas dan teknologi.

Keduanya menyebut masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Sukabumi yang memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Kolaborasi antara nilai kearifan lokal dan teknologi dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan alam.

"Keterlibatan tradisi menjadi penting sebab kebermanfaatannya telah dirasakan oleh masyarakat," ucap keduanya.

Adapun Kepala MAC UI Ngatawi Al Zastrouw menyatakan, solusi atas permasalahan lingkungan yang ada saat ini dapat ditemukan melalui tradisi.

Sedekah Hutan merupakan saintifikasi kearifan lokal dan sistem pengetahuan para leluhur terkait upaya menjaga alam dan pelestarian lingkungan hidup.

“Ketika alam rusak, ekosistem lingkungan hancur akibat keserakahan manusia, sehingga bencana mengancam kehidupan manusia. Karena itu, kita perlu menggali sistem pengetahuan di dalam tradisi sebagai alternatif untuk mejawab problem lingkungan yang muncul saat ini,” tuntasnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Pemerintah
BRIN Ciptakan Teknologi Ubah Air Kotor Jadi Layak Minum, Jawab Krisis Air di Daerah
BRIN Ciptakan Teknologi Ubah Air Kotor Jadi Layak Minum, Jawab Krisis Air di Daerah
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau