Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Dekarbonisasi, ICDX Bentuk Indonesia Clean Metal Initiatives

Kompas.com, 14 Juni 2024, 12:21 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) menyatakan bahwa komitmennya untuk mendukung dekarbonisasi terus diperkuat dengan berbagai program inisiatif yang menekankan praktik keberlanjutan.

Usaha ini direalisasikan dengan menginisiasi pembentukan Indonesia Clean Metal Initiatives.

Melalui inisiasi ini, ICDX sebagai bursa penyelenggara perdagangan komoditas timah mendorong pelaku industri critical minerals, terutama sektor timah, untuk menerapkan praktik operasional bisnis yang berkelanjutan dengan fokus pada mitigasi dampak terhadap lingkungan, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Head of Strategic Development ICDX atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) Zulfal Faradis mengatakan, pelaksanaan Indonesia Clean Metal Initiatives didasari laporan dari McKinsey & Company 2023. 

Baca juga: PLTU Captive Tantangan Utama Dekarbonisasi Ketenagalistrikan Indonesia

Laporan itu menyoroti bahwa pada aktivitas metal dan pertambangan, produksi komoditas hingga pengelolaan bahan baku menghasilkan sekitar 20 persen emisi gas rumah kaca (GRK).

Hal tersebut dia sampaikan di sela-sela pemaparan yang bertajuk "Indonesia Clean Metal Initiatives" pada konferensi Indonesia Critical Minerals (ICM) 2024 di Jakarta, 13 Juni 2024.

“Timah sebagai salah satu komoditas unggulan memainkan peran dalam menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk teknologi berkarbon rendah melalui praktik green metals atau praktik yang mengedepankan proses ramah lingkungan pada produksi logam," ujar Zulfal Faradis dalam keterangan tertulis, Jumat (14/6/2024).

Namun, lanjutnya, industri ini harus memitigasi strategi yang tepat untuk mengurangi jejak karbonnya secara efektif.

Menurut dia, industri perlu merancang strategi dekarbonisasi dan mencapai produksi green metals.

Langkah yang dapat diambil salah satunya adalah dengan menerapkan instrumen-instrumen lingkungan yang mendukung pemanfaatan energi bersih terbarukan secara optimal.

Baca juga: Dekarbonisasi Produksi Semen Dapat Naikkan Daya Saing

"Penggunaan Renewable Energy Certificates (REC) atau Sertifikat Energi Terbarukan dalam memproduksi sebuah timah atau logam lainnya merupakan cara potensial dalam mendukung dekarbonisasi,” ungkap Zulfal.

Merujuk pada logam-logam yang memiliki sifat ramah lingkungan, kebutuhan akan logam hijau atau green metals diproyeksikan meningkat dalam sektor perdagangan logam di Uni Eropa (UE).

Menurut laporan Analisis Bain 2023, pasar untuk green metals di UE diperkirakan mencapai 4-5 miliar dollar AS pada 2025 dan melonjak hingga lima kali lipat, mencapai 20-30 miliar dollar AS tahun 2030.

Di Indonesia, Kementerian Perdagangan juga tengah mengantisipasi mekanisme Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) atau Penyesuaian Batas Karbon dengan menambahkan tarif atau pajak bea masuk terhadap barang impor ke Uni Eropa, yang akan diberlakukan pada 2026.

Zulfal Faradis menambahkan, ICDX Group, melalui Indonesia Climate Exchange (ICX), telah memfasilitasi perdagangan Sertifikat Energi Terbarukan, atau yang dikenal sebagai Renewable Energy Certificates (REC) dengan pengakuan internasional yakni IREC dan TIGRs.

Baca juga: Accacia Incar Pasar Dekarbonisasi Properti Senilai 18 Triliun Dolar AS

Berkaitan dengan REC ini, setiap satu unit sertifikat REC mewakili konsumsi energi listrik 1 megawatt-hour (mwh) yang berasal dari pembangkit listri energi terbarukan.

ICDX sendiri telah memfasilitasi beberapa perusahaan dalam perdagangan REC ini sejak tahun 2023.

"Selain REC, ICDX juga melakukan inisiatif-inisiatif lain yang berfokus pada pelaksanaan bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan konsep good governance, seperti program penanaman mangrove, dan penggunaan kalkulator karbon melalui kampanye Green Neutral Carbon, dengan harapan dapat berkontribusi pada dekarbonisasi menuju Net Zero Emission 2050,” tutupnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
LSM/Figur
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau