Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/06/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, polusi udara menjadi pembunuh manusia terbanyak nomor dua di dunia setelah tekanan darah tinggi.

Berdasarkan laporan berjudul State of Global Air (SoGA) yang dirilis pada Selasa (18/6/2024) tersebut, sekitar 8,1 juta kematian di dunia terkait dengan polusi udara.

Dari angka tersebut, 709.000 diantaranya adalah bayi di bawah lima tahun (balita), mewakili 15 persen dari seluruh kematian global pada kelompok usia ini.

Baca juga: Sistem Transaksi Tol MLFF Bisa Kurangi Kemacetan hingga Polusi Udara

Lebih dari 70 persen angka kematian tersebut terkait dengan polusi udara rumah tangga, yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar kotor dan kompor berbahan bakar padat yang melepaskan polutan berbahaya.

Polusi udara dalam ruangan yang menyebabkan hampir 4 juta kematian dini setiap tahunnya terkait langsung dengan kesenjangan dan kemiskinan, sebagaimana dilansir Earth.org.

Sejauh ini, masih ada sekitar 3 miliar orang yang menggunakan bahan bakar yang tidak bersih dan mereka tinggal di negara-negara termiskin di dunia yang tersebar di Afrika, Amerika Latin, Asia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kurang dari 1 persen wilayah daratan global memiliki tingkat polusi udara yang aman.

Baca juga: Elektrifikasi Transportasi Perkotaan Kurangi Emisi GRK dan Polusi

WHO memperbarui pedoman kualitas udaranya pada 2021, menetapkan batas aman PM2,5 24 jam sebesar 15 mikrogram per meter kubik dan ambang batas tahunan sebesar 5 mikrogram per meter kubik.

Menurut laporan tersebut, 48 persen kematian akibat polusi udara disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronis, 30 persen disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah, dan 28 persen disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, dimana negara-negara di Asia Selatan dan Afrika menghadapi beban penyakit tertinggi.

Laporan tersebut menemukan bahwa masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terpapar PM2,5 yang parah, 1,3 sampai 4 kali lebih tinggi.

Selain menyebabkan jutaan kematian dini dan penyakit, terdapat semakin banyak bukti di kalangan komunitas ilmiah bahwa polusi udara dapat berdampak buruk pada aspek lain dari kesehatan dan kesejahteraan manusia, seperti fungsi kognitif.

Beberapa penelitian menemukan, udara yang tercemar seringkali menghambat atau menurunkan kemampuan kognitif mereka yang sering terpapar polusi.

Baca juga: Keputusan Pengadilan Maritim PBB: Emisi Karbon Jadi Polusi Lautan

Dampak polusi udara terhadap lingkungan juga sangat besar dan mengkhawatirkan. Mulai dari hujan asam, cacat lahir, kegagalan reproduksi, dan penyakit pada satwa liar.

Hujan yang sangat tercemar juga dapat membahayakan pertanian, karena membuat tanaman lebih rentan terhadap penyakit akibat meningkatnya radiasi ultraviolet yang disebabkan oleh penipisan ozon.

Salah satu penyumbang polusi udara terbesar adalah bahan bakar fosil, berkontribusi lebih dari 75 persen emisi gas rumah kaca global dan hampir 90 persen dari seluruh emisi karbon dioksida.

Permintaan global terhadap minyak, gas alam, dan batu bara terus meningkat meski ada seruan untuk mengakhiri ketergantungan terhadap pada sumber-sumber energi tersebut.

Pada 2023, emisi karbon dioksida global mencapai angka tertinggi dalam sejarah, yaitu 37,4 miliar ton, di mana emisi dari batu bara menyumbang lebih dari 65 persen peningkatan tersebut.

Baca juga: Waspada: Saat Bernapas, Partikel Kecil Polusi Plastik Bisa Terhirup

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
'Sun Life Volunteer Day' Berikan Edukasi dan Akses Olahraga untuk Generasi Sehat Indonesia
"Sun Life Volunteer Day" Berikan Edukasi dan Akses Olahraga untuk Generasi Sehat Indonesia
Swasta
Agroforestri Efektif Jaga Biodiversitas Hutan Tropis, Gambut, Pesisir
Agroforestri Efektif Jaga Biodiversitas Hutan Tropis, Gambut, Pesisir
LSM/Figur
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Pemerintah
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Swasta
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
Swasta
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Pemerintah
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
LSM/Figur
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Swasta
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau