Dalam kesempatan yang sama, President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) Ponco Birowo mengatakan kelebihan dari telerobotic surgery.
Selain mengisi kekurangan dokter spesialis bedah, operasi telerobotik juga dapat meningkatkan akurasi bedah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi risiko infeksi apabila pasien berpindah-pindah tempat.
"Jadi bisa mengatasi keterbatasan pembedahan konvensional karena daerah yang sulit diakses, kekurangan dokter bedah di suatu daerah, keterbatasan logistik, dan biaya tinggi karena akomodasi perjalanan jarak jauh," terang Ponco.
Adapun mekanisme bedah telerobotik adalah dokter ahli berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robot yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.
Telerobotic surgery yang bisa dilakukan dengan teknis jaringan nirkabel (wireless) dan jaringan listrik ini, telah diterapkan di beberapa negara seperti China dan Jepang.
Nantinya, sistem akan menerima dan mengubah data bedah secara real-time. Sehingga ahli bedah dapat mengoperasi sambil duduk di konsol pada jarak jauh, dan melihat bidang bedahnya pada gambar 3D di layar.
Baca juga:
Kendati memiliki potensi yang besar, Ponco mengakui hingga saat ini bedah robotik hanya tersedia di satu rumah sakit, dan teknologi telerobotic surgery sendiri masih belum tersedia di Indonesia.
Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan).
"Saat ini kami juga memiliki harapan besar di masa depan untuk bisa mengimplementasikan bedah robotik di berbagai rumah sakit," ujarnya.
Sebab, meski operasi telerobotik pionirnya adalah bidang urologi, cara ini juga dapat diaplikasikan di berbagai jenis operasi, seperti kebidanan hingga operasi Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
Sebagai informasi, uji coba atau demonstrasi langsung bedah telerobotik akan dilakukan saat gelaran Kongres Urological Association of Asia (UAA) pada 5-8 September 2024 di Bali.
Uji bedah telerobotik tersebut akan dilakukan dari Denpasar dan terhubung dengan ahli di Beijing/Shenzhen yang berjarak sekitar 8.500 km.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya