Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peragaan Kebaya Lintas Generasi Kowani: Kebaya Pemersatu Perempuan Indonesia

Kompas.com, 28 Juni 2024, 21:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kongres Wanita Indonesia (Kowani) berkolaborasi dengan Persatuan Insan Kolintang (Pinkan) Indonesia dan komunitas kebaya menggelar peragaan busana berkebaya yang diikuti perempuan dari lintas generasi.

Peragaan busana yang diiringi dengan penampilan kolintang tersebut diselenggarakan di Anjungan Sarinah, Jakarta, pada Rabu (26/6/2024).

Peragaan busana yang diselenggarakan menyambut Hari Kebaya Nasional (HKN) 24 Juli 2024 tersebut, turut dihadiri perancang busana ternama Anne Avantie, Penasihat HKN 2024 Nanny Hadi Tjahjanto dan Ketua Umum Pinkan Indonesia Peni Mursetio.

“Kebaya bukan sekadar lenggak-lenggok, tapi lebih dari itu kebaya merupakan alat pemersatu perempuan Indonesia,” jelas Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (27/6/2024)

Melalui kebaya, perempuan di Indonesia disatukan tanpa melihat latar belakang, agama, pendidikan, dan lainnya.

Kebaya sejak dulu merupakan pakaian perempuan Indonesia yang digunakan dalam kesehariannya baik acara formal tetapi juga non formal. Kebaya digunakan di rumah, saat pergi ke pasar, ke sekolah, bekerja, dan lainnya.

Kebaya juga, lanjut Giwo, tidak lepas dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Para pejuang perempuan Indonesia seperti Malahayati, Kartini, hingga Rohana Kudus mengenakan kebaya.

Kowani berkolaborasi dengan Persatuan Insan Kolintang Indonesia dan komunitas kebaya menggelar peragaan busana berkebaya yang diikuti perempuan dari lintas generasi di Anjungan Sarinah, Jakarta, pada Rabu (26/6/2024).DOK. KOWANI Kowani berkolaborasi dengan Persatuan Insan Kolintang Indonesia dan komunitas kebaya menggelar peragaan busana berkebaya yang diikuti perempuan dari lintas generasi di Anjungan Sarinah, Jakarta, pada Rabu (26/6/2024).

Oleh karena itu, Giwo mengajak para perempuan untuk kembali mengenakan kebaya sebagai bagian jati diri perempuan Indonesia.

“Kebaya juga dapat meningkatkan perekonomian kita. Terbukti melalui pelaksanaan HKN, sejumlah UMKM sudah merasakan dampaknya mulai dari UMKM yang memproduksi kebaya, kain, aksesoris dan lainnya sudah merasakan mengalami peningkatan permintaan dari pelanggan," jelasnya dia.

Kebaya juga, lanjut Giwo, merupakan bagian dari upaya pemberdayaan perempuan karena 60 persen pelaku UMKM merupakan kaum Hawa.

Pelaksanaan HKN 2024 berdasarkan Kepres 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Peringatan HKN juga upaya sinergitas perempuan Indonesia dan juga di Asia Tenggara dalam mengajukan kebaya sebagai warisan budaya tak benda melalui joint nomination ke UNESCO.

Penyelenggaraan HKN sendiri bertujuan bertujuan memperkenalkan dan menggaungkan kembali kebaya sebagai bagian dan sejarah perjuangan para perempuan Indonesia, meningkatkan wujud cinta, dan bangga pada identitas bangsa dan Tanah Air.

Melestarikan warisan budaya dengan menjadikan kebaya sebagai salah satu wadah kreativitas tanpa menghilangkan nilai pakem dari kebaya, serta menjadikan kebaya sebagai busana wanita yang dipakai dalam berbagai acara.

Pelaksanaan HKN 2024 mengusung tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya”, dan merupakan kerja sama Kowani, Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, komunitas kebaya, media massa, dan berbagai mitra.

Pengurus Kowani saat melakukan kunjungan ke KG Media pada Kamis, 20 Juni 2024 guna membahas kerja sama penyelenggaraan Hari Kebaya Nasional 2024.
DOK. KG MEDIA Pengurus Kowani saat melakukan kunjungan ke KG Media pada Kamis, 20 Juni 2024 guna membahas kerja sama penyelenggaraan Hari Kebaya Nasional 2024.

Sebelumnya Kowani juga melakukan kunjungan ke KG Media pada Kamis, 20 Juni 2024 guna membahas kerja sama penyelenggaraan Hari Kebaya Nasional 2024.

Dari Kowani hadir Giwo Rubianto Wiyogo (Ketua Umum Kowani), Prof. Masyitoh Chusnan (Ketua Panitia Hari Kebaya Nasional), Heryana Hutabarat (Ketua Tim Kowani Award), dan Joice Yasmin Ansory (Ketua Bidang Humas Kowani).

Sedangkan dari pihak KG Media hadir Glory Oyong (Corporate Communications Director) serta Paulina Dinartisti (Bentara Budaya Manager) dan beberapa editor lintas media yang tergabung dalam KG Media.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Pemerintah
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Pemerintah
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
LSM/Figur
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Pemerintah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
LSM/Figur
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Pemerintah
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Pemerintah
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
LSM/Figur
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Pemerintah
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Akhiri Krisis Air, Vinilon Group dan Solar Chapter Alirkan Air Bersih ke Desa Fafinesu NTT
Swasta
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Kisah Kampung Berseri Astra Cidadap, Ubah Tambang Ilegal Jadi Ekowisata
Swasta
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
Pemerintah
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Swasta
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau