Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Kontaminasi Mikroplastik di Rumah? 5 Hal Ini Perlu Dihindari

Kompas.com - 02/07/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Cemaran mikroplastik telah menyebar begitu luas di kehidupan manusia saat ini, sehingga sulit dilacak.

Partikel-partikel kecil ini berasal dari penguraian plastik yang lebih besar. Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh dapat memicu berbagai penyakit seperti serangan jantung, masalah kesuburan, dan kanker.

Menurut penelitian Environmental Science and Technology pada 2019, manusia tanpa sengaja mengonsumsi hingga 52.000 partikel mikroplastik per tahun.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Mikroplastik di Awan, Udara Makin Tercemar

Semakin lama, perhatian masyarakat terhadap mikroplastik semakin meningkat. Banyak orang mencari informasi tentang bagaimana mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh dan cara mengurangi atau menghilangkannya.

Dikutip dari situs web Kementerian Kesehatan, mikroplastik kebanyakan berasal dari buangan kantong-kantong plastik, bungkus plastik, styrofoam, kemasan-kemasan makanan siap saji, hingga botol-botol minuman plastik.

Namun, asal mikroplastik juga bisa bersumber dari dapur kita sendiri.

Dilansir dari Euronews, berikut lima hal yang perlu dihindari untuk meminimasilasi kontaminasi mikroplastik dimulai dari dapur kita.

Baca juga: Orang Indonesia Konsumsi Mikroplastik Terbanyak di Dunia, Apa Bahayanya?

5. Talenan plastik

Ilustrasi talenan plastik, menggunakan talenan plastik. SHUTTERSTOCK/MASTER PHOTO 2017 Ilustrasi talenan plastik, menggunakan talenan plastik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh American Chemical Society (ACS), talenan plastik dapat membuat manusia terpapar hingga 79,4 juta mikroplastik polipropilena, sejenis polimer plastik, setiap tahunnya.

Penggunaan talenan plastik berpotensi meningkatkan perpindahan mikroplastik ke makanan.

Pasalnya, dalam proses memotong makanan di atas mikroplastik, ada kemungkinan irisan-irisan mikro dari talenan plastik yang ikut terpapar ke makanan.

Sebagai alternatif penggantinya, bisa menggunakan talenan kayu atau talenan kaca yang mudah dan biasanya bebas mikroplastik.

Baca juga: Masyarakat Indonesia Konsumsi Mikroplastik Terbanyak di Dunia

4. Wadah plastik microwave

Ilustrasi microwave - Memanaskan makanan dalam wadah plastik menggunakan microwave.SHUTTERSTOCK / goffkein.pro Ilustrasi microwave - Memanaskan makanan dalam wadah plastik menggunakan microwave.

Produk wadah plastik yang diberi label "aman untuk microwave" ternyata dapat melepaskan sejumlah besar mikroplastik ke dalam makanan saat dipanaskan.

Sebuah studi pada tahun 2023 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Nebraska–Lincoln menemukan, ada 4 juta mikroplastik per sentimeter persegi di dalam wadah plastik berlabel "aman untuk microwave".

Selain itu, wadah plastik yang mengandung ftalat, stirena, dan bisfenol juga perlu dihindari menurut penelitian dari The American Academy of Pediatrics.

Baca juga: Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

3. Cetakan es batu

Cetakan es batu kristal rumahan.DOK. AMAZON.COM Cetakan es batu kristal rumahan.

Sama seperti mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan, cetakan es batu plastik juga dapat menyebabkan kontaminasi mikroplastik.

Meskipun penelitian mengenai hal ini masih sedikit, pembekuan dapat menyebabkan mikroplastik larut ke dalam air, mirip dengan proses yang terjadi pada plastik yang dipanaskan.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada opsi untuk menggantinya seperti cetakan es batu baja tahan karat.

Selain itu ada cetakan es batu silikon bisa menjadi alternatif berkelanjutan yang dianggap lebih sehat dan mudah oleh banyak orang untuk membuat es.

Baca juga: Seberapa Jauh Mikroplastik Dapat Menyusup ke Paru-paru?

2. Gelas kertas

Kopi yang dikemas gelas kertas ternyata memiliki potensi bahaya sama halnya dengan gelas plastikfreefoodphotos.com Kopi yang dikemas gelas kertas ternyata memiliki potensi bahaya sama halnya dengan gelas plastik

Gelas kertas rupanya berkontribusi terhadap polusi plastik. Gelas jenis ini memiliki lapisan luar yang terdiri dari hingga 10 persen plastik jenis HDPE untuk mencegah kebocoran cairan.

Mendaur ulang gelas kertas menimbulkan masalah karena perlu memisahkan lapisan HDPE dari kertas, sehingga mempersulit prosesnya.

Menggunakan gelas kertas untuk minuman panas juga dapat menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia.

Sebagai gantinya, kita bisa mengandalkan peralatan yang bisa digunakan kembali seperti gelas kaca atau besi tahan karat.

Selain lebih hemat, peralatan yang bisa digunakan kembali yang bukan dari plastik juga bisa menghindari penumpukan sampah.

Baca juga: Studi Baru Kaitkan Mikroplastik dengan Serangan Jantung dan Stroke

1. Teh celup

Ilustrasi teh celup.PIXABAY/CONGERDESIGN Ilustrasi teh celup.

Ternyata, ada banyak kantong teh celup terbuat dari plastik polipropilen yang tidak ramah lingkungan.

Kantong teh celup kertas pun disebut dapat mengandung sisa plastik di lapisan penutupnya.

Hal ini berarti bahan-bahan tersebut tidak dapat terurai secara hayati dan berkontribusi terhadap kontaminasi mikroplastik.

Pada 2023, penelitian yang diterbitkan oleh Dow University of Health Sciences menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana air panas yang digunakan untuk menyeduh teh dapat melepaskan jutaan mikroplastik dari kantong teh.

Satu cangkir teh dapat mengandung hingga 3,1 miliar nanoplastik akibat kantong teh tersebut.

Sebagai alternatifnya, kita bisa langsung menyeduh teh langsung tanpa kantong di teko dan gunakan penyaring logam untuk menuangkan ke cangkir.

Baca juga: Mikroplastik Terkait dengan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke yang Lebih Tinggi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com