Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Olah Limbah, Komitmen Keberlanjutan Lingkungan

Kompas.com - 29/06/2024, 09:07 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan, pengolahan limbah merupakan bagian dari program pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) yang menjadi komitmen Indonesia. 

Wapres menegaskan pentingnya pengolahan sampah, khususnya limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagai isu lingkungan yang mendesak.

"Saya kira masalah pengolahan sampah ini menjadi isu penting. Apalagi, sampah B3 beberapa waktu yang lalu menjadi isu. Sampah itu dibuang di beberapa tempat sehingga menjadi masalah lingkungan," kata Wapres Ma'ruf Amin

Baca juga: Patra Jasa Kelola 82 Persen Limbah Hotel secara Mandiri

Hal itu ia sampaikan usai meninjau Pabrik Pengolahan Limbah B3 dan PT. PT Fronte Classic Indonesia di Kawasan Industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2024). 

Wapres menekankan pengolahan limbah B3 harus dilakukan di dalam kawasan industri untuk mencegah kerusakan lingkungan di luar kawasan tersebut.

"Pengolahan sampah ini diharapkan justru berada di dalam kawasan industri. Jangan sampai di kawasan di luar industri juga nanti merusak lingkungan," imbuhnya.

Dorong pengolahan sampah jadi manfaat

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga mendengarkan rencana ekspansi Kawasan Industri PIER yang akan diperluas hingga Ngawi, Jawa Timur, dengan total luas mencapai 2.000 hektare.

"Saya dengar kawasan ini akan diperluas lagi sampai ke Ngawi. Berapa luasnya? Seluruhnya 2.000 hektar. Jadi, ini sampahnya tentu menjadi masalah," tuturnya. 

Ia pun mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pembangunan fasilitas pengolahan sampah di kawasan industri.

Baca juga: Sedot Tinja Berteknologi IoT, Solusi Pengelolaan Limbah Berkelanjutan

"Dari pihak KLHK terus melakukan upaya-upaya untuk pembangunan tempat-tempat pengolahan sampah," ujar Wapres.

Pengolahan sampah merupakan bagian dari program pembangunan berkelanjutan sekaligus sebagai upaya untuk menurunkan emisi karbon.

Dia berharap, pengolahan sampah dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat.

"Kita harapkan sampah itu nanti menjadi rebutan, menjadi berkah. Sekarang ini sampah itu orang menjadi dibuang-buang tetapi nanti mungkin diperebutkan karena ada nilainya pada suatu saat," kata Wapres.

Mesin pengolah limbah

Sebelumnya, saat melakukan peninjauan, Direktur Operasional PT Prada Tanara Pratama Aditya Vilyanto menjelaskan kepada Wapres tentang rencana pengembangan fasilitas pengolahan limbah, termasuk pemasangan mesin-mesin yang akan selesai pada Agustus mendatang.

Aditya menyampaikan mesin-mesin itu dirancang untuk mengelola berbagai jenis limbah, baik yang solid maupun cair, dengan teknologi terkini yang telah mendapat izin dari pihak terkait.

Kapasitas pengolahan limbah saat ini mencapai 300 kilogram (kg) per jam per mesin, dengan total kapasitas mencapai hampir 200 ton per bulan ketika seluruh mesin beroperasi penuh.

"Sebanyak 300 kg per jam. Jadi, kalau misalnya rata-rata dengan 4 mesin itu bisa sekitar 18 atau 19 ton per jam. Kapasitas sebulan, kita kerja kalau full-time kira-kira hampir sekitar 200-an ton per bulan," papar Aditya.

Fasilitas ini menggunakan teknologi insinerator yang ramah lingkungan, sesuai dengan rekomendasi dari KLHK.

Proses tersebut memastikan bahwa limbah diolah secara aman dan residu yang dihasilkan dapat dikelola lebih lanjut atau dimanfaatkan kembali.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau