Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/07/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Wahana Visi Indonesia (WVI) menggelar Temu Anak Nasional 2024 yang diikuti oleh 45 anak dari 28 kabupaten atau kota dampingan WVI di Indonesia.

Acara ini diselenggarakan di berbagai tempat seperti di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kantor redaksi Harian Kompas, kantor redaksi SEA Today, dan kantor WVI.

Temu Anak Nasional merupakan rangkaian perayaan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 yang bertujuan sebagai ajang pembelajaran antarsebaya untuk partisipasi anak yang bermakna.

Baca juga: Imunisasi Bisa Cegah Risiko Cacar Air pada Anak

Kegiatan ini dilakukan dengan mendengarkan penyampaian dari anak-anak mengenai apa yang telah mereka lakukan dalam merespons sejumlah isu yang terkait dengan mereka seperti pernikahan anak, perundungan, putus sekolah, dan stunting.

Mereka juga menjelaskan mengenai praktik baik, tantangan, serta rekomendasi terkait partisipasi anak.

Pengalaman yang dibagikan kepada pemerintah dapat menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan. Melalui kegiatan ini, anak- anak dapat semakin diperkuat potensi serta metode advokasinya.

Komisioner KPAI Sylvana Maria Apituley mengapresiasi penyampaian dari anak-anak tersebut. Dia menyampaikan, pihaknya tengah menyusun masukan untuk penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perlindungan Anak di dunia digital.

Baca juga: WIKA Salurkan Rp 700 Juta Beasiswa Pendidikan Anak Berprestasi

Regulasi tersebut disusun untuk melindungi hak-hak anak agar bebas dari kekerasan di dunia maya.

“Kami akan senang jika kalian dapat memberikan masukan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi kalian dari serangan yang berpotensi melanggar hak kalian secara digital,” kata Sylvana dikutip dari siaran pers, Senin (8/7/2024).

Asdep Pemenuhan Hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak Kementerian PPPA Endah Sri Rejeki mengaku terharu mendengar penyampaian anak-anak.

“Bukan hanya isu-isunya yang disampaikan, tetapi juga metode advokasinya juga mereka evaluasi kembali. Hal yang paling luar biasa menurut saya adalah ada kegiatan penelitian yang dilakukan dan dipimpin oleh anak. Itu keren banget,” tuturnya.

Manajer Perlindungan dan Partisipasi Anak WVI Satrio Rahargo merasa bangga dan menghargai aksi-aksi yang telah dilakukan anak-anak.

Baca juga: Perempuan dan Anak Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim

Sebagian besar penyampaian dari anak-anak tersebut menggunakan data penelitian yang dipimpin oleh mereka.

“Kami harap data-data ini dapat dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pembuatan keputusan, dan praktik baik dapat diadopsi atau dimodifikasi untuk untuk konteks yang lebih luas. Kami juga berharap semakin banyak anak diberi ruang untuk berpartisipasi melalui publikasi media,” ucap Satrio.

Selain menyampaikan suara dan aksinya kepada pemangku kepentingan di tingkat nasional, anak- anak juga mendapatkan peningkatan kapasitas dalam melakukan advokasi melalui berbagai media.

Hal yang paling penting adalah anak dapat belajar dan berlatih menyampaikan pandangan, praktik baik, dan tantangan dalam partisipasi anak yang bermakna.

Selain itu, anak-anak dapat membangun jejaring yang lebih luas untuk aksi masif dalam mendorong pemenuhan hak anak.

Baca juga: Inovasi Program Ibu-Anak Kota Semarang Raih Penghargaan PBB

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau