Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah yang Diolah dengan Pupuk Organik Bisa Simpan Lebih Banyak Karbon

Kompas.com - 10/09/2024, 14:52 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Seiring dengan meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer dalam beberapa dekade terakhir, ada urgensi yang semakin meningkat untuk menemukan strategi guna menangkap dan menahan karbon.

Kini para peneliti dari Kansas Kansas State University (K-State) tengah menjajaki bagaimana praktik pertanian yang berbeda dapat memengaruhi jumlah karbon yang tersimpan di dalam tanah.

Studi itu dilakukan dengan menggunakan Canadian Light Source (CLS) di University of Saskatchewan (USask) dan Advanced Light Source di Berkeley, California.

Baca juga: Indonesia Ekspor Listrik Rendah Karbon 3,4 GW ke Singapura

Seperti dikutip dari Phys, Selasa (10/9/2024) mereka kemudian menganalisis tanah dari ladang jagung di Kansas yang telah ditanami selama 22 tahun terakhir.

Selama kurun waktu itu, ladang tersebut menggunakan berbagai praktik pengelolaan tanah yang berbeda, termasuk tanpa pupuk, pupuk kimia, dan pupuk kandang/kompos.

Baca juga: Pertanian Paludikultur Bisa Restorasi Gambut, Ini Kelebihannya

"Kami mencoba memahami mekanisme apa yang melatarbelakangi peningkatan penyimpanan karbon tanah menggunakan praktik pengelolaan tertentu," kata Dr. Ganga Hettiarachchi, profesor kimia tanah dan lingkungan di Kansas State University.

"Kami tidak hanya mengamati karbon tanah, tetapi juga mineral tanah lainnya yang akan membantu menyimpan karbon." paparnya lagi.

Simpan Lebih Banyak Karbon

Hasil penelitian menemukan tanah yang diolah dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos menyimpan lebih banyak dari pada pada tanah yang dipupuk dengan kimia atau tanpa pupuk.

Namun yang lebih menarik, peneliti menemukan bahwa karbon tersebut disimpan dalam pori-pori dan sebagian karbon menempel pada mineral di dalam tanah.

Tim tersebut juga menemukan bahwa tanah yang diperlakukan dengan pupuk kandang atau kompos mengandung lebih banyak karbon mikroba, sebuah indikasi bahwa peningkatan ini mendukung lebih banyak mikroorganisme dan aktivitasnya di dalam tanah.

Selain itu, mereka mengidentifikasi mineral khusus di dalam tanah, bukti yang menurut Hettiarachchi menunjukkan bahwa pengolahan tersebut berkontribusi pada proses kimia dan biologis yang aktif.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Material Baru untuk Teknologi Penangkap Karbon

"Sejauh pengetahuan saya, ini adalah bukti langsung pertama pengolahan tanah secara organik dapat meningkatkan kesehatan tanah, keanekaragaman mikroba, dan penyerapan karbon," papar Hettiarachchi.

Lebih lanjut, peneliti mengatakan studi semacam ini akan membantu kita menuju praktik pertanian berkelanjutan dan lebih regeneratif yang akan melindungi tanah dan lingkungan kita serta membantu memberi makan populasi yang terus bertambah

"Selain itu, memahami peran berbagai mineral, bahan kimia, dan mikroba yang terlibat akan membantu meningkatkan model untuk memprediksi bagaimana berbagai praktik pertanian memengaruhi penyimpanan karbon tanah." tambah Hettiarachchi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau