Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Dorong Implementasi Peta Batimetri untuk Prediksi Tsunami

Kompas.com, 11 Juli 2024, 12:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yusuf Surachman Djajadihardja mengatakan, Peta Batimetri dapat membantu Indonesia dalam mengumpulkan data penting untuk memprediksi bencana tsunami.

"Batimetri dapat diartikan sebagai pengukuran dan pemetaan topografi dasar laut. Manfaat Peta Batimetri adalah dapat langsung mengevaluasi deformasi setelah terjadinya gempa besar bawah laut yang menyebabkan tsunami," ujar Yusuf dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Kamis (11/7/2024). 

Implementasi Peta Batimetri telah dilakukan oleh Jepang, seperti dalam memprediksi bencana tsunami yang melanda negara tersebut pada 11 Maret 2011 silam.

Baca juga: World Water Forum Dorong Kolaborasi Peringatan Dini Bencana

"Jepang dapat langsung mengidentifikasi penyebab tsunami, dan sehari setelah bencana tersebut mengumumkan adanya pergerakan sebesar 50 meter dilihat dari awal data pembanding," tambahnya.

Oleh karena itu, Yusuf berharap Peta Batimetri dapat segera diimplementasikan secara merata di Indonesia.

Sebab, dengan memanfaatkan peta batimetri secara optimal, berbagai faktor seperti keselamatan, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan

Manfaat peta batimetri

Yusuf membandingkan dengan bencana tsunami di Indonesia yang pernah terjadi di Aceh pada 2004 lalu. Saat itu, Indonesia tidak memiliki data awal, sehingga tidak dapat melihat perambatan tsunami.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat bencana tersebut juga sangat dahsyat, tidak hanya di darat, namun juga mengakibatkan permukaan dasar laut yang berantakan dan menghasilkan lumpur yang sangat banyak.

"Antisipasi mempunyai data sebelum dan sesudah bencana menunjukkan pentingnya Batimetri menjadi dasar informasi untuk dapat memprediksi bencana itu akan terjadi," ujarnya.

Baca juga: Menuju WWF ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Antisipasi Risiko Bencana Alam

Di samping itu, Yusuf menilai Peta Batimetri juga dibutuhkan sebagai pertahanan di daerah laut, karena laut tidak dapat dilihat secara visual, namun bisa dibayangkan. Kedalaman hingga bentuk dasar laut bisa diketahui dari peta tersebut. 

"Peta Batimetri membantu Indonesia untuk mengetahui wilayah perairannya secara detail, termasuk kedalaman laut, bentuk dasar laut, dan keberadaan berbagai fitur geomorfologi seperti terumbu karang, gunung bawah laut, dan palung laut," paparnya.

Menurut Yusuf, manfaat Peta Batimetri tidak hanya terbatas pada sektor maritim, tetapi juga meluas ke berbagai bidang lain seperti riset, perikanan, industri, pariwisata, dan penanggulangan bencana alam.

"Peta Batimetri adalah aset berharga yang harus dimanfaatkan secara bijak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian laut bagi generasi sekarang dan mendatang," pungkasnya.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
Pemerintah
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau