Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UKI dan USC Berkolaborasi, Hadirkan Mata Kuliah Pengenalan AI

Kompas.com, 12 Juli 2024, 20:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memulai tahun akademik baru pada September 2024, Universitas Kristen Indonesia (UKI) akan menghadirkan mata kuliah "Introduction to AI" atau "Pengenalan kepada Artificial Intelligence" sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa baru di delapan fakultas UKI.

Hal ini merupakan salah satu inisiatif kolaborasi UKI dan University of Southern California (USC), universitas terkemuka dari Amerika Serikat.

Mata kuliah “Introduction to AI” mencerminkan komitmen UKI dalam memberikan pendidikan yang relevan dan mutakhir kepada para mahasiswanya dan upaya membentuk pusat kecerdasan buatan (AI Center) berbasis universitas.

Rektor UKI Dhaniswara K. Harjono mengatakan, nantinya, mahasiswa baru dari delapan fakultas diharapkan bisa menerapkan pengetahuan mengenai AI. 

Baca juga: Tingkatkan Kapasitas Digital Mahasiswa Medan, Workshop Generative AI Digelar

“Mahasiswa baru dari delapan fakultas di UKI, diharapkan dapat mengembangkan pemahaman awal tentang AI dan mulai menerapkan pengetahuan tersebut dalam berbagai konteks, baik akademik maupun profesional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/7/2024). 

Adapun delapan fakultas tersebut terdiri dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Sastra dan Bahasa (FSB), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL), dan Fakultas Vokasi,

Mata kuliah “Introduction to AI” dirancang untuk memperkenalkan mahasiswa pada dasar dasar AI, termasuk perkembangan AI dari tahun 1955 sampai dengan saat ini.

Pemahaman AI secara mendasar diharapkan mendorong mahasiswa untuk menjadi inovator dan pemimpin masa depan.

Dengan meningkatnya peran AI dalam berbagai aspek kehidupan, semua mahasiswa UKI dari berbagai disiplin ilmu akan dibekali untuk menjadi inovator dan pemimpin di berbagai bidang dan profesi yang mereka jalankan di masa depan.

Siap menghadapi teknologi

Pada tahun 2030, AI diperkirakan akan berkontribusi pada pendapatan domestik bruto (PDB) global sebesar US$ 3 triliun atau sekitar Rp 47.295 triliun, serta menjadi salah satu pendorong utama yang mendisrupsi berbagai jenis pekerjaan.

Hal ini mendorong pentingnya pendidikan AI bagi generasi muda, agar siap beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi AI ini.

Baca juga: Karena AI, Emisi Karbon Google Meroket 48 Persen

Pembina Yayasan UKI Edwin Soeryadjaya mengatakan, inisiatif ini merupakan langkah penting untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan dan peluang yang muncul di era Generative AI.

"Pendidikan AI tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga membekali mahasiswa dengan keterampilan analitis dan berpikir kritis yang sangat diperlukan di dunia kerja saat ini,” paparnya. 

Sementara itu, Project Advisor UKI AI Center Holip Soekawan menjelaskan, menjadikan mata kuliah pengantar AI sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa UKI adalah langkah besar ke depan.

"Ini menunjukkan komitmen universitas untuk merangkul perubahan dan mengikuti perkembangan terbaru yang memengaruhi masyarakat, yang pasti akan didorong oleh AI,” ujar Holip yang juga alumni USC dan anggota Dewan Pembina di Yayasan Alumni USC Indonesia.

Langkah ini menjadi inisiatif untuk mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh revolusi teknologi AI .

“Dengan kolaborasi antara UKI dan USC dalam membentuk AI Center berbasis universitas, mahasiswa UKI akan mendapatkan akses ke sumber daya dan keahlian terbaik di bidang AI dan mempersiapkan untuk menjadi bagian dari generasi penerus yang akan memimpin perkembangan teknologi di masa depan,” tutup Ketua Pengurus Yayasan UKI Edward Sirait. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau