KOMPAS.com - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan prototype (purwarupa) alat pendeteksi obat bagi penyandang disabilitas netra.
Perwakilan Tim PKM-KC UGM Naurin Yara Zalilah mengatakan, purwarupa alat bernama "Smart Vision" (SmarV) itu berbasis algoritma deep learning dengan keluaran berupa suara.
"Inovasi ini tidak hanya memberikan kemudahan dan keamanan dalam konsumsi obat, tetapi juga membuka peluang baru dalam pengembangan teknologi yang ramah bagi disabilitas," ujar Naurin, dalam pernyataan tertulis, dikutip dari Antaranews, Senin (22/7/2024).
Baca juga: Pemerataan Mutu dan Kualitas Pendidikan Jadi Tantangan di Indonesia
SmarV dirancang untuk membantu penyandang disabilitas netra dalam mengenali, mengetahui kegunaan, serta memahami aturan pemakaian, maupun konsumsi obat yang dideteksi.
Dengan demikian, alat itu dapat mencegah terjadinya kesalahan minum obat, lupa minum obat, meningkatkan kepatuhan terhadap jadwal mengonsumsi obat, dan mengurangi ketergantungan penyandang disabilitas netra pada bantuan orang lain dalam mengelola pengobatan mereka.
Melalui kecanggihan algoritma deep learning terbaru "YOLOv9", dapat membuat SmarV mengidentifikasi obat dengan cepat dan akurat.
Menurut Naurin, pengguna cukup meletakkan obat di depan kamera SmarV, kemudian alat tersebut akan secara otomatis mengenali suatu obat dan memberikan informasi melalui suara.
"Alat ini juga dilengkapi sensor untuk meningkatkan akurasi pendeteksian oleh kamera dan pengingat penggunanya untuk mengonsumsi obat dalam rentang waktu tertentu," ungkapnya.
SmarV dilengkapi fitur "Internet of Things (IoT)", sehingga dapat mengirim pesan WhatsApp kepada pengguna dan pendamping/wali terkait obat yang dideteksi oleh pengguna dan pengingat mengonsumsi obat.
Baca juga: Pendidikan Anak Usia Dini Penting Gapai Indonesia Emas 2024
Untuk semakin memudahkan penyandang disabilitas netra dalam penggunaan, prototipe itu juga dilengkapi braille serta bersifat portabel.
"Ke depannya 'SmarV' dapat diadaptasi dan dikembangkan lebih lanjut untuk berbagai aplikasi kesehatan lainnya," pungkas Naurin.
Adapun prototipe SmarV adalah hasil kolaborasi lima mahasiswa UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Wahyu Putra Ardana (Teknik Nuklir, 2022), Faundra Pratama Sukma (Teknologi Informasi, 2022), Naurin Yara Zalilah (Farmasi, 2022), Johan Pramudito Alexander (Teknologi Informasi, 2022), dan Muhammad Ikbal (Elektronika dan Instrumentasi, 2023).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya