Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Permintaan listrik India diperkirakan akan melonjak sebesar 8 persen tahun ini, didorong oleh aktivitas ekonomi yang kuat dan gelombang panas yang dahsyat.

China juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan lebih dari 6 persen karena kuatnya aktivitas di industri jasa dan berbagai sektor industri.

Setelah mengalami penurunan pada 2023, permintaan listrik di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan meningkat kembali pada tahun ini sebesar 3 persen.

Baca juga: Dukung Keberlanjutan, Rentokil Initial Indonesia Gunakan Motor Listrik untuk Operasional

Peningkatan tersebut tak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, meningkatnya permintaan untuk pendingin, dan perluasan sektor pusat data.

Sebaliknya, Uni Eropa diperkirakan mengalami peningkatan energi listrik sebesar 1,7 persen setelah mengalami kontraksi selama dua tahun berturut-turut di tengah dampak krisis energi.

Di banyak belahan dunia, peningkatan penggunaan pendingin ruangan atau AC akan tetap menjadi pendorong utama permintaan listrik.

Laporan tersebut menemukan bahwa banyak wilayah menghadapi gelombang panas yang hebat pada paruh pertama tahun 2024, yang meningkatkan permintaan dan membebani sistem ketenagalistrikan.

Baca juga: BRIN-UPI Purwakarta Riset Sistem Telekomunikasi Kendaraan Listrik Otonom

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau