KOMPAS.com - Kelompok mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang memperoleh pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa 2024 Kategori Karsa Cipta (PKM-KC) mengembangkan inovasi alat pendeteksi kelainan pada tulang belakang. Alat itu dinamakan Spine Assessment.
"Spine Assessment mampu mengidentifikasi kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis secara otomatis," ujar Ketua tim, Anisa Prasetya Putri Kartini, dalam keterangannya, dikutip dari Antaranews, Selasa (25/7/2024).
Berbeda dengan alat konvensional, ia menjelaskan, alat spine assessment menggunakan teknologi sensor dan pemrograman berbasis machine learning.
Sehingga, alat itu dapat mengukur kemiringan tulang belakang dengan akurat serta memberikan output berupa diagnosis kelainan tulang belakang yang dialami pasien.
"Spine Assessment, tidak hanya berfungsi untuk mendeteksi, tetapi juga sebagai alat monitoring yang dapat mempermudah tenaga medis dalam memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan yang lebih terarah," paparnya.
Menurut Anisa, spine assessment mampu memberikan hasil yang cepat dan akurat tanpa invasif maupun biaya tinggi.
Bahkan, ia mengatakan, alat ini juga mudah digunakan, memiliki bentuk yang ringkas, dan dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh pasien.
"Inovasi Spine Assessment diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang," tutur Anisa, dikutip dari Antara.
Ia juga berharap, inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswa Itera ini dapat memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan, terutama dalam mempercepat proses deteksi dan monitoring pasien dengan kelainan tulang belakang.
"Latar belakang kami melakukan pengembangan berawal dari kebutuhan yang mendesak akan alat yang mampu mendeteksi kelainan tulang belakang secara cepat dan akurat," ujarnya.
Sebab, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus penyakit skoliosis, lordosis, dan kifosis di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Sehingga, ia menilai deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup pasien.
"Namun, alat deteksi yang ada di pasaran sering kali mahal dan kurang efisien dalam memberikan diagnosis yang cepat. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut. Tim PKM-KC Itera berinisiatif mengembangkan alat asesmen kelainan tulang belakang menggunakan sensor posisi dan machine learning," terang dia.
Adapun Spine Assessment dikembangkan oleh mahasiswa Itera yang sebagian besar berasal dari Program Studi Teknik Biomedis.
Tim mahasiswa ini diketuai oleh Anisa Prasetya Putri Kartini, dengan anggota Mundy Malvina, Adelia Nuraini, Nadiyah, dan Putri Utami dari Prodi Matematika. Serta dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Biomedis Itera, Rudi Setiawan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya