11. Di negara-negara berkembang, 40 persen dari kerugian terjadi pada tahap pascapanen dan pemrosesan. Lebih dari 40 persen kerugian di negara-negara maju terjadi pada tingkat retail dan konsumen.
12. Wilayah yang lebih luas dari China dan 25 persen dari pasokan air tawar dunia digunakan untuk menanam makanan yang tidak pernah dimakan.
13. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) bertujuan mengurangi separuh pemborosan makanan global per kapita di tingkat ritel dan konsumen. SDGs juga menargetkan dapat mengurangi kehilangan makanan di sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kehilangan pascapanen.
14. Promosi di supermarket dapat menyebabkan lebih banyak pemborosan makanan. Kita mungkin membeli lebih banyak makanan yang tidak kita butuhkan jika tergiur dengan promo.
Baca juga: Tidak Hanya Irit, Kebiasaan Bawa Bekal Ternyata Juga Bisa Kurangi Sampah Makanan
15. Di Eropa, sekitar 40 sampai 60 persen ikan yang ditangkap dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas supermarket.
16. Di AS, limbah organik merupakan sumber emisi metana terbesar. Metana merupakan GRK yang memiliki daya pemanasan 80 kali lebih kuat dari karbon dioksida.
17. Tren seperti "mukbang" di mana tokoh dan influencer media sosial menyiarkan langsung video mereka makan berlebihan menyebabkan pemborosan makanan berlebih.
18. Jika kita berhenti membuang makanan, kita dapat menghemat setara dengan 17 metrik ton karbon dioksia. Itu setara dengan menjaga lima mobil tidak berada di jalan di Inggris.
Baca juga: Jadi Penyumbang Terbesar, Yuk Bantu Kurangi Sampah Makanan dengan 4 Tip Ini
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya