KOMPAS.com - Transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan semakin dibutuhkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global.
Menurut Our World in Data, 73,2 persen emisi GRK global berasal dari sektor energi yang diperlukan untuk berbagai aktivitas manusia dan perekonomian dunia.
Pembangkitan listrik, energi pada industri, transportasi, dan lain-lain termasuk dalam kategori ini.
Baca juga: Indonesia Peringkat 54 Transisi Energi Dunia, di Bawah Vietnam dan Malaysia
Di sisi lain, berbagai negara telah melaksanakan transisi energi untuk mengurangi emisi GRK.
Menurut Energy Transition Index (ETI) 2024 dari World Economic Forum, ada 10 negara yang memiliki skor tertinggi dari negara-negara lainnya.
Berikut 10 negara dengan skor transisi energi tertinggi menurut ETI 2024 dari World Economic Forum.
Baca juga: Transisi Energi Jadi Bagian Penting Capai SDGs
Bila dilihat dari data tersebut, negara-negara yang menempati 10 besar skor transisi energi ETI 2024 diisi oleh wilayah Eropa.
Contohnya Swedia yang mendapatkan skor 78,4 dan menempati peringkat pertama sebagai negara paling tinggi dalam hal transisi energi.
Di sisi lain, capaian skor ke-10 negara tersebut jauh melampaui skor rata-rata transisi energi global dalam ETI 2024 yakni 56,5.
Selama beberapa tahun, ETI mengukur kinerja sistem energi dan kesiapan enabling environment dalam hal transisi energi di 120 negara di dunia.
Baca juga: Youth Climate Conference 2024, Anak Muda Dorong Transisi Energi
ETI menghitung rata-rata dari dua subindeks yaitu performa sistem dengan bobot 60 persen dan kesiapan transisi dengan bobot 40 persen.
Kesiapan transisi meliputi lima aspek yaitu pendidikan dan sumber daya manusia (SDM), keuangan dan investasi, infrastruktur, inovasi, serta regulasi dan komitmen politik.
Sedangkan performa sistem energi yang meliputi tiga hal yakni keamanan, keberlanjutan, dan keadilan.
Penilaian dilakukan terhadap 46 indikator yang mencakup aspek-aspek terpenting di seluruh dimensi transisi energi tersebut.
Di samping itu semua, faktor eksternal seperti fluktuasi pasar komoditas, geopolitik, tindakan perubahan iklim internasional, dan kondisi pasar keuangan dapat memengaruhi dimensi tertentu dari skor suatu negara.
Baca juga: Komitmen Indonesia Menuju Transisi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya