KOMPAS.com - Polusi udara diketahui dapat memberi dampak buruk bagi ekosistem. Sebuah penelitian kembali mengungkap bagaimana polusi udara tersebut memengaruhi lingkungan.
Dalam studi yang dipublikasikan di Science, peneliti menyebut polusi udara dapat mengurangi aroma khas beberapa bunga yang mekar di malam hari sehingga memengaruhi penyerbukan.
Akibatnya, mengutip Science News, Kamis (15/8/2024) penyerbuk nokturnal seperti ngengat bakal mengalami kesulitan untuk mendeteksi aroma yang menuntunnya ke bunga.
Baca juga: 60 Persen Penyakit pada Seseorang Disebabkan Polusi Udara
Temuan ini menyoroti bagaimana polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tapi benar-benar berdampak lebih luas, memengaruhi ekosistem dan ketahanan pangan.
Meningkatnya industrialisasi telah memompa ozon, nitrogen oksida dan polutan lainnya ke udara.
Baca juga: Waspada, Polusi Udara Berisiko Tinggi Sebabkan Stunting
Pada siang hari, sinar matahari biasanya memecah ozon. Namun pada malam hari, polutan tersebut terakumulasi dan bereaksi dengan nitrogen dioksida untuk menghasilkan radikal nitrat.
Penelitian menunjukkan bahwa molekul reaktif ini dapat memengaruhi aroma tanaman tetapi detailnya tidak jelas.
Nah, untuk mengetahui lebih jelas, dalam studi ini peneliti mengumpulkan molekul aroma dari bunga evening primrose pucat (Oenothera pallida) dan melepaskan aroma tersebut ke terowongan angin yang berisi ngengat elang.
Para ilmuwan dapat melihat ngengat tersebut dengan mudah terbang melawan arah angin dan melacak baunya.
Namun, ceritanya berbeda ketika para peneliti menambahkan seperti ozon dan nitrogen dioksida ke dalam campuran aroma itu. Ngengat elang terbang dalam pola zig-zag, sering kali mencari petunjuk aroma tanpa hasil.
Lalu untuk menguji temuan di alam, ahli ekologi Jeremy Chan, menanam ladang bunga primrose asli dan palsu sekitar 280 kilometer di sebelah timur Seattle.
Baca juga: Polusi Udara Pembunuh Nomor 2 di Dunia
Beberapa bunga palsu mengeluarkan aroma bunga primrose buatan laboratorium sementara yang lain mengeluarkan aroma serta bahan kimia yang bereaksi di udara untuk menghasilkan radikal nitrat.
Hasilnya, ngengat akan mengunjungi bunga asli da palsu yang mengeluarkan aroma bunga primrose murni dua hingga tiga kali dalam semalam.
Sementara bunga palsu dengan aroma yang tercemar polutan, jumlah rata-rata kunjungan pada malam hari kurang dari sekali.
Ilmuwan lebih lanjut perlu mempelajari bagaimana perilaku serangga itu dapat memengaruhi mereka dalam mencari makan.
Pasalnya, jika serangga menjadi makin bingung di tempat-tempat yang polusi udaranya makin parah hal tersebut akan memengaruhi penyerbukan, produksi tanaman, dan kesehatan spesies tanaman asli.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya