Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerapan Planetary Health Diet Bisa Kurangi Emisi Hingga 17 Persen

Kompas.com - 16/08/2024, 19:10 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah laporan yang disusun oleh tim ilmuwan lingkungan mengungkapkan jika setiap orang di dunia menerapkan planetary health diet EAT-Lancet maka emisi gas rumah kaca global yang dihasilkan dari makanan bisa turun.

Planetary health diet EAT-Lancet adalah pola makan yang dikembangkan oleh komisi EAT-Lancet pada tahun 2019.

Pola makan ini dirancang untuk menciptakan paradigma global di mana produksi makanan dapat memenuhi permintaan 10 miliar orang pada tahun 2050 untuk mengurangi kematian akibat kelaparan dan pola makan yang buruk serta untuk mencegah runtuhnya alam.

Pola makan ini mirip dengan pola makan vegetarian, tetapi memperbolehkan konsumsi produk susu dan protein hewani dalam jumlah sedikit seperti ikan, telur, dan daging.

Baca juga: KLHK: Hutan Tanaman Industri Disiapkan sebagai Pengurang Emisi Karbon

Tim peneliti sendiri mencatat negara-negara barat merupakan pemakan daging terbesar.

Mengurangi emisi

Dalam studi ini, seperti dikutip dari Phys, Jumat (16/8/2024) tim ilmuwan tersebut menganalisis distribusi emisi yang terkait dengan 140 produk makanan yang dikonsumsi di 139 negara.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan lemak hewani dan lemak trans dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit jantung.

Tapi selain itu, peternakan tempat hewan berada menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca daripada berkebun sayur.

Untuk menyiasatinya para peneliti dan pemerhati lingkungan telah menyarankan orang dewasa untuk mengonsumsi lebih sedikit daging dan menambah porsi sayuran.

Peneliti dalam studi baru kemudian mengukur manfaat yang akan diterima planet ini jika setiap orang melakukan saran tersebut.

Peneliti juga melihat perbedaan yang ada antara kebiasaan konsumsi antarnegara dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prospek emisi makanan global.

Baca juga: Strategi Perusahaan Tambang Kurangi Emisi Karbon, Audit hingga Teknologi

Lalu bagaimana hasilnya?

Analisis peneliti menemukan bahwa 56,9 persen dari populasi global terlibat dalam konsumsi berlebihan, di mana daging dan susu merupakan bagian terbesar dari pola makan mereka.

Peneliti mencatat pula, bila semua orang yang punya pola makan berlebihan ini beralih ke planetary health diet EAT-Lancet, emisi gas rumah kaca global yang terkait dengan produksi makanan dapat dikurangi hingga 17 persen.

Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.

sumber https://phys.org/news/2024-08-planetary-health-diet-emissions-environmental.html

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau