Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Sebabkan Karhutla 3 Kali Lebih Mungkin Terjadi

Kompas.com, 16 Agustus 2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sekitar 3,9 juta kilometer persegi lahan terbakar di seluruh dunia pada tahun lalu.

Menurut laporan terbaru berjudul State of Wildfires, perbuahan iklim membuat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi tiga kali lebih mungkin terjadi.

Laporan tersebut disusun oleh University of East Anglia (UEA), UK Centre for Ecology & Hydrology (UKCEH), Met Office, dan European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF).

Baca juga: 18 Perusahaan Dituntut Ganti Rugi Lingkungan Rp 6,1 Triliun karena Karhutla

Laporan ini melihat kebakaran yang terjadi antara Maret 2023 hingga Februari 2024, penyebabnya, dan apakah kebakaran tersebut dapat diprediksi.

Para peneliti juga menganalisis seberapa besar perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian serupa di masa mendatang.

Kebakaran di Kanada menyebabkan lebih dari 230.000 evakuasi pada 2023 dan delapan petugas pemadam kebakaran gugur.

Amerika Selatan juga mengalami jumlah kebakaran yang luar biasa tinggi, terutama di bagian utara benua tersebut.

Karhutla di Brasil, Bolivia, Peru, dan Venezuela menyebabkan wilayah Amazon mengalami kualitas udara terburuk di planet ini.

Baca juga: 10 Provinsi dengan Karhutla Terluas Sepanjang 2023

Kebakaran hutan di Chile, Hawaii, dan Yunani juga menyebar dengan cepat dan api membakar dengan hebat.

"Tahun lalu, kita menyaksikan karhutla yang menewaskan banyak orang, menghancurkan properti dan infrastruktur, menyebabkan evakuasi massal, mengancam mata pencaharian, serta merusak ekosistem vital," kata penulis utama laporan tersebut Matthew Jones dari University of East Anglia, sebagaimana dilansir Euronews, Rabu (14/8/2024).

Dia menambahkan, kebakaran hutan menjadi lebih sering dan hebat seiring dengan memanasnya Bumi. Masyarakat serta lingkungan menjadi pihak yang paling menderita.

Dia menambahkan, di Kanada, emisi dari kebakaran tahun lalu mencapai lebih dari 2 miliar ton karbon dioksida, setara dengan emisi yang keluar selama 10 tahun.

Baca juga: Kaltim Alami Karhutla Terluas dalam 4 Bulan Terakhir

Cuaca panas ekstrem pada 2023 membuat kebakaran di Kanada tiga kali lebih mungkin terjadi dan dua kali lebih mungkin terjadi di Yunani.

Di Amazon, cuaca kering dan panas membuat kebakaran 20 kali lebih mungkin terjadi.

Di Kanada dan Yunani, cuaca kebakaran yang parah dan banyaknya vegetasi kering menyebabkan peningkatan besar dalam jumlah dan luas kebakaran tahun lalu.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau