Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Bebas Emisi, Ahli Bikin Green Hydrogen untuk Transportasi Laut

Kompas.com - 23/08/2024, 09:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri pelayaran global disebut bertanggung jawab atas tiga persen dari total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia.

Jika tidak ada yang dilakukan untuk membuat pelayaran menjadi ramah lingkungan, dalam beberapa dekade, sektor ini bisa menghasilkan lebih dari 10 persen emisi.

Namun masih ada harapan supaya itu tidak terjadi.

Seperti dikutip dari ZME Science, Kamis (22/8/2024) studi baru peneliti MIT mengungkap solusi praktis dan terukur untuk masalah ini.

Peneliti telah merancang pendekatan bebas emisi untuk menghasilkan bahan bakar green hydrogen yang bisa dimanfaatkan untuk transportasi laut seperti perahu, kapal komersial, dan bahkan kapal selam.

Yang lebih menarik lagi adalah bahan-bahan yang digunakan para peneliti. Mereka mengklaim bahwa mereka dapat membuat bahan bakar hidrogen menggunakan kaleng soda bekas, air laut, dan kafein.

Baca juga: Green Logistic Bisa Kurangi Emisi Karbon hingga 70 Persen

Hidrogen dari Kaleng Soda Bekas

Selama studi, peneliti mengubah kaleng soda lama menjadi palet aluminium seukuran kerikil.

Mereka kemudian mengolah palet tersebut dengan paduan logam (gallium atau indium) untuk menghilangkan segala kotoran dan kemudian membiarkan palet tersebut bereaksi dengan air laut yang telah disaring.

Interaksi ini menghasilkan produksi gas hidrogen. Akan tetapi, masih ada satu keterbatasan yakni reaksi berlangsung lambat, sehingga butuh waktu berjam-jam untuk menghasilkan hidrogen.

Peneliti pun kemudian bereksperimen dengan berbagai bahan kimia termasuk yang biasanya ditemukan di dapur untuk mengatasi tantangan tersebut.

Mereka segera menyadari bahwa menambahkan kafein dapat meningkatkan kecepatan produksi hidrogen.

Tim menemukan bahwa konsentrasi rendah imidazol (C3N2H4) yang merupakan bahan aktif dalam kafein, cukup untuk mempercepat reaksi secara signifikan dan menghasilkan jumlah hidrogen yang sama hanya dalam waktu lima menit dibandingkan dengan dua jam tanpa tambahan stimulan.

Baca juga: Taylor Swift Beli Kredit Karbon untuk Imbangi Emisi CO2 dari Jet Pribadinya

Selain itu, imidazol dan ion air laut di air laut memungkinkan para peneliti untuk memulihkan dan menggunakan kembali lebih dari 90 persen paduan galium-indium.

Hal ini sangat penting karena ketersediaan logam langka membuat produksi green hydrogen menjadi proses yang mahal dan tidak dapat ditingkatkan skalanya.

Sebagai informasi saat ini sekitar 95 persen dari semua hidrogen yang diproduksi melibatkan penggunaan sumber daya yang tak terbarukan seperti batu bara dan gas.

Dengan pendekatan ini, seseorang tidak hanya dapat memproduksi hidrogen tanpa menggunakan bahan bakar fosil, tetapi juga mencapai produksi bahan bakar hidrogen yang hemat biaya, dapat ditingkatkan skalanya, dan berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau