Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanfaat Biochar untuk Kurangi Karbon dan Genjot Produktivitas Tanaman

Kompas.com - 22/08/2024, 14:43 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Biochar atau bioarang dinilai mampu merehabilitasi lahan kritis sisa tambang, dan membuat tumbuhan semakin produktif. 

Startup lokal pengembang proyek penyerapan karbon berbasis biochar atau bioarang, Neutura, mengatakan bioarang ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi karbon (carbon removal). 

"Biochar ini merupakan inisiatif mengurangi karbon dan mengembalikan unsur hara ke tanah," ujar Co-Founder Neutura, Refi, saat sesi talkshow "Opportunities and Challenges for Green Industries Fundings in Indonesia" dalam KG Media Lestari Summit 2024 di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Baca juga: Penangkap Karbon Ini Bisa Serap 3.000 Ton CO2 di Udara Per Tahun

Sebagai informasi, biochar adalah zat seperti arang yang dibuat dengan membakar bahan organik dari limbah pertanian dan kehutanan dalam proses pirolisis.

Refi menjelaskan, tumbuhan yang selama hidupnya menyerap sinar matahari lewat fotosintesis dan menyedot zat hara dari tanah, nantinya akan mati, membusuk, kemudian kembali melepaskan karbon ke udara. 

"Sebelum membusuk, kami intervensi proses ini, kami ubah jadi biochar," imbuh dia. 

Dengan demikian, biochar menyerap karbon yang dihasilkan tumbuhan mati itu agar tidak terlepas ke atmosfer, dan menjadikan sisa tumbuhan yang mati sebagai pupuk alami untuk tanah.

Selain menjaga karbon tidak terlepas ke atmosfer, biochar terbukti memberikan efek aman bagi biologis tanah, tanaman, dan air. Bahkan, dapat meningkatkan produktivitas tanaman. 

"Tanaman yang tumbuh di lahan dengan biochar, memiliki daun lebih lebat dan buah lebih banyak, dibandingkan lahan eks tambang yang direhabilitasi hanya dengan tanah dan pupuk," terangnya. 

Baca juga: Taylor Swift Beli Kredit Karbon untuk Imbangi Emisi CO2 dari Jet Pribadinya

Cara kerja biochar

Ilustrasi biochar dari arang sekamShutterstock/kheartmanee thongyot Ilustrasi biochar dari arang sekam

Sebagai informasi, biochar dapat dibuat dari berbagai bahan biomassa, antara lain ampas tebu, bambu, kayu, hingga tandan kelapa sawit.

Menurut Refi, secara umum, semua bahan biomassa atau sampah organik dapat digunakan, meski tetap ada yang terbaik.

"Secara karakteristik, tumbuhan paling bagus untuk biochar itu kayu dan bambu, karena kandungan karbonnya tinggi dan bentuknya padat," terangnya.

Adapun beberapa waktu lalu, Neutura bekerja sama dengan perusahaan yang memasok limbah kayu, untuk memproduksi biochar secara massal. Sebelumnya, limbah kayu hanya dibakar dan dapat menghasilkan polusi udara.

Baca juga: Bank Mandiri Dorong Implementasi ESG dan Transisi Nasabah ke Ekonomi Rendah Karbon

“Dengan menggandeng penyedia biomassa, limbah kayu yang biasanya jadi sampah itu akan kita olah lagi jadi biochar sehingga efeknya akan longlasting (bertahan lama),” pungkas Refi. 

Lestari Summit 2024

Lestari Summit 2024 adalah forum yang diselenggarakan oleh KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin dan praktisi sustainability untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain, serta membuka kesempatan kolaborasi untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.

Acara bertema “Fostering Sustainability Through Inclusive Local Practice and Policy Making” ini diorganisir oleh empat media besar di bawah naungan KG Media: Kompas.com, KompasTV, Kontan, dan National Geographic Indonesia.

Baca juga: Tim Ekonomi Prabowo-Gibran dan KSP Siapkan Pembentukan Badan Karbon

Lestari Summit 2024 juga mempersembahkan malam penghargaan Lestari Awards, untuk mengapresiasi para pelaku industri yang telah berjuang keras untuk memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat serta pencapaian SDGs di Indonesia.

KG Media berkolaborasi dengan mitra seperti BRI, Astra, PLN, dan Pertamina untuk mendukung kesuksesan Lestari Summit 2024.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau